SKK Migas Prediksi LNG Jatah Dalam Negeri Hanya Terserap 76%
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi jatah gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) untuk dalam negeri tidak akan terserap seluruhnya. Paling banyak, LNG yang terjual ke dalam negeri hanya 76% dari alokasi.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan salah satu penyebab kargo itu tidak terjual adalah permintaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) yang menurun. "PLN memperbanyak pengambilan gas pipa, dan batubara," kata Taher di panel IndoEBTKE, Jakarta, Rabu (13/9).
(Baca: PLN Prediksi Akan Impor Gas Setelah 2022)
Menurut Wisnu, PLN menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) hanya opsional. Artinya, perusahaan pelat merah itu menggunakan pembangkit tenaga gas hanya saat mengalami beban puncak dan sumber energi utama seperti batubara bermasalah.
Selain itu, serapan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) (PGN) juga akan rendah tahun ini. Penyebabnya perusahaan tersebut lebih banyak memanfaatkan gas pipa hingga akhir tahun, terutama dari ConocoPhillips Grissik.
Alhasil, hingga akhir tahun kemungkinan kargo yang terserap sekitar 47,03. Padahal alokasinya ada 61,90 kargo.
Jika dirinci, serapan kargo 47,03 LNG itu terdiri dari beberapa perusahaan. Pertama, PLN hanya menyerap sebanyak 25 kargo dari alokasi pemerintah 30 kargo. Kedua, PLN Benoa sebesar 3 dari alokasi sebesar 4 kargo.
Ketiga, Pertamina/PT Pertagas Niaga (PTGN) untuk kebutuhan industri sebesar 1,03 kargo dari alokasi 2,90 kargo. Keempat, PGN sebesar satu kargo dari jatah 8 kargo. Kelima, Nusantara Regas diprediksi akan menyerap 100% kargo yang dialokasi sebesar 17.
Melihat tren ke belakang, serapan LNG untuk domestik memang terus menurun meski alokasi yang diberikan terus meningkat. Pada 2012 dari alokasi pemerintah sebesar 22 kargo, yang terserap hanya 15.
(Baca: Dua Alasan Indonesia Tak Perlu Impor Gas Jangka Panjang Hingga 2025)
Kemudian tahun 2014, terserap 33 kargo dari jatah 39. Setahun berikutnya, hanya mampu terjual 39,02 kargo dari alokasi 64.02. Sementara tahun lalu, 52.6 kargo terjual, dari jatah 59,2.