PLN Akan Beli Listrik dari Pembangkit Milik Medco dan Toba Bara
PT PLN (Persero) melakukan penandatanganan kontrak jual-beli listrik swasta (Power Purchase Agreement/PPA) dengan dua perusahaan swasta. Kontrak pertama adalah dengan PT Medco Ratch Power Riau untuk pembangunan PLTGU Riau 275 Megawatt (MW). Sementara yang kedua dengan PT Minahasa Cahaya Lestari untuk pembangunan PLTU Sulut-3 kapasitas 2 x 50 MW.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PLN, Sofyan Basir bersama dengan dua Direktur pengembang proyek, di Kantor Pusat, Jakarta. "IPP (Independent Power Producer) ini merupakan yang pertama ditandatangani tahun ini. Mudah-mudahan dalam bulan-bulan ke depan juga akan diikuti oleh yang lain," kata Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso, dalam sambutannya, Jakarta, Jumat (7/4).
PT Minahasa Cahaya Lestari merupakan perusahaan patungan antara anak usaha Toba Bara Sejahtra yakni Toba Bara Energi (90 persen saham) dengan Sinohydro Corporation Limited (10 persen saham). Toba Bara sendiri merupakan emiten tambang batu bara milik Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
(Baca juga: BPK Temukan Penyimpangan dan Kerugian Pembangkit Mangkrak)
Adapun Medco Ratch Power merupakan perusahaan patungan antara PT Medco Power Indonesia (51 persen saham) dengan Ratchaburi Electricity Generating Holding PCL (49 persen saham).
Setelah proses penandatanganan kontrak, Supangkat meminta pihak swasta segera mempersiapkan proses financial closing. "Yang juga rumit adalah eksekusi proyek hingga selesai tepat waktu," ujarnya.
Untuk membangun dua pembangkit tersebut, kedua konsorsium harus merogoh kocek sebesar US$ 515 juta atau setara dengan Rp 6,8 triliun. Ditargetkan, PLTU Sulut 3 yang berlokasi di Kabupaten Minahasa Utara akan beroperasi secara komersial pada 2020. Sedangkan PLTGU Riau yang berlokasi di Kota Pekanbaru akan beroperasi pada tahun 2021.
(Baca juga: Sulit Kerek Rasio Listrik, Biaya Sambungan di Pelosok Aceh Rp 150 Juta)
Sementara Kepala Divisi Pengadaan Perencanaan IPP PLN Ahsin Sidqi mengatakan bahwa masing-masing harga yang disepakati dalam PPA lebih murah dari Biaya Pokok Penyediaan (BPP) pembangkit listrik PLN. Hal ini disebutnya akan membuat PLN mampu menghemat secara total Rp 1,1 triliun setiap tahunnya.
"Dari yang Sulut harganya US$ 4,35 sen per KwH, sedangkan Medco itu harganya US$ 3,35 sen per KwH," kata Ahsin.
Sedangkan Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan pembangunan pembangkit merupakan usaha dari pihaknya untuk memenuhi kebutuhan listrik 35 gigawatt, "Oleh sebab itu kami mengajak juga Ratchaburi," kata Hilmi merujuk mitranya dari Thailand tersebut.
(Baca juga: Jonan Sahkan Rencana Baru Pengadaan Listrik Hingga 2026)