Jual-Beli Gas Train 3 Tangguh Belum Dapat Restu Menteri ESDM
Nasib proyek Tangguh Train 3 masih belum menemui titik terang. Penjualan gas hasil produksi fasilitas ketiga pengolahan gas alam cair (LNG) Tangguh ini masih belum mendapat restu dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said. Padahal, restu tersebut dibutuhkan BP Indonesia sebagai operator proyek ini untuk menuntaskan keputusan final investasi atau Final Investment Decision (FID) Train 3 Tangguh yang ditargetkan pada medio tahun ini.
Kepala Divisi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Chairani Rachmatullah mengatakan, sebenarnya PLN dan BP Indonesia sudah menyepakati transaksi jual-beli gas Train 3 Tangguh bulan ini. Namun, PLN sebagai pembeli domestik sampai saat ini masih menunggu persetujuan Menteri ESDM agar dapat menyerap gas dari Train 3. “Semoga pekan depan bisa diumumkan oleh Kementerian ESDM,” kata dia kepada Katadata, Kamis (14/4).
Lantaran belum mengantongi keputusan Menteri ESDM, Chairani tidak mau menyebutkan jumlah volume gas yang akan dibeli oleh PLN. Yang jelas, gas dari Tangguh ini nantinya akan digunakan untuk pembangkit peaker. INi merupakan pembangkit cadangan yang akan digunakan saat permintaan listrik sedang tinggi.
(Baca: Dicari: Pembeli LNG Tangguh Train 3 Secepatnya)
Meski belum mau menyebut volume dan harga beli gas Train 3 Tangguh yang sudah disepakati antara BP Indonesia dan PLN, Chairani mengaku PLN membuka peluang menambah porsi pembelian gas tersebut. Hal ini sesuai dengan keinginan pemerintah yang ingin memperbanyak porsi pembeli gas dari domestik. Selain itu, kebutuhan gas PLN kemungkinan bisa terus meningkat.
PLN memang masih membutuhkan tambahan pasokan LNG untuk mengantisipasi jika pembangkit berbahan bakar batubara terlambat beroperasi atau menghadapi kendala. Jika itu terjadi maka pembangkit gas yang dioperasikan akan lebih banyak. “Itu yang harus dihitung lagi,” kata dia. (Baca: Jaminan Gas untuk Proyek Pembangkit Listrik)
Dalam siaran pers bertanggal 22 Oktober 2014, BP Indonesia pernah mengumumkan telah meneken perjanjian kontrak jual-beli LNG hingga 1,5 juta ton tiap tahun mulai 2015 sampai 2033. Pasokan LNG ini akan dimulai dari dua train LNG Tangguh yang sudah ada. Selain itu, perjanjian ini berisi komitmen Tangguh LNG untuk memasok 40 persen hasil produksi Train 3 per tahun kepada PLN untuk disalurkan ke pasar domestik. Selain PLN, gas Train 3 juga dibeli oleh perusahaan asal Jepang, Kansai Electric Power, yang berkomitmen membeli 1 juta ton per tahun (mtpa) atau sekitar 25 persen dari produksi.
Namun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan, pembeli gas untuk Train 3 Tangguh masih minim. Dari produksi gas 3,8 mtpa, baru 25 persen yang telah laku. “Gas Train 3 yang belum terkontrak ada 75 persen,” katanya ketika berbincang dengan beberapa wartawan, Senin (11/4).
(Baca: Kementerian Energi: 75 Persen Gas Train Tiga Tangguh Belum Terkontrak)
Ia berharap gas yang belum laku tersebut bisa terserap untuk kebutuhan dalam negeri. Bahkan, Kementerian ESDM akan meningkatkan porsi untuk domestik dari target awal 40 persen. Kini, BP Indonesia harus menjual 70 hingga 75 persen gasnya ke dalam negeri. Alasannya, semakin banyak gas untuk domestik akan kian bagus untuk pengembangan perekonomian dalam negeri. “Nanti siapa pembelinya, kami serahkan ke BP dan koordinasi ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas),” ujar Wiratmaja.
Sekadar informasi, kapasitas produksi LNG dari Train 3 ini diproyeksikan sebanyak 3,8 juta mtpa. Adapun waktu pengoperasiannya direncanakan mulai 2020 mendatang.