BP Siapkan Investasi Train 3 Tangguh Senilai US$ 8 Miliar
Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Chief Executive Officer BP di Inggris pekan lalu membuahkan hasil. Salah satu perusahaan migas terbesar ini menyatakan minatnya untuk menambah investasinya di Indonesia senilai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 105 triliun.
"BP itu untuk proyek migas, itu perluasan investasi di Teluk Bintuni, Papua," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, saat ditemui di kompleks Istana Negara beberapa waktu lalu.
BP memang sedang membangun Kilang Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, menyusul dua Train yang sudah beroperasi sebelumnya. BKPM mencatat saat ini proyek Train 3 sedang dalam proses tender dan akan mulai tahap konstruksi pada Juni mendatang.
Rencana penambahan investasi ini baru dinyatakan sebagai minat. Karena perusahaan tersebut masih belum mengurus izin prinsip dari rencana tersebut ke BKPM. Franky pun mengaku tidak bisa mengetahui secara pasti, kapan penambahan investasi ini bisa terealisasi. "Tergantung rencana bisnis perusahaan," ujarnya.
Pihak BP Indonesia pun tidak membantah adanya rencana penambahan investasi ini. Head of Country BP Indonesia mengatakan saat ini perusahaan sedang menyelesaikan proyek kilang Train 3 yang sudah melalui proses EPC (rekayasa, pengadaan, dan konstruksi) pada awal tahun. (Baca: Kawasan Industri Teluk Bintuni Terganjal Pasokan Gas Tangguh)
"Kami akan terus bekerjasama dengan mitra Tangguh dan Pemerintah Indonesia, seperti perkembangan kemajuan proyek Train 3 yang akan memasuki tahap keputusan akhir investasi (Final Investment Decision/FID) tahun ini," ujarnya.
Dengan selesainya tahapan FID tahun ini, proyek tersebut diharapkan bisa mulai berproduksi pada pertengahan 2020. Apalagi gas yang akan dihasilkan dari kilang tersebut sudah punya kesepakatan dari pembeli, khususnya di dalam negeri.
BP Berau dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akhirnya sepakat melakukan amandemen Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dari kilang Tangguh. Dalam amandemen tersebut, PLN memborong lebih dari setengah produksi Train 3 Tangguh.
Penandatanganan amandeman PJBG dilakukan kedua perusahaan telah dilakukan pada 15 April lalu. Penandatanganan ini juga disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said.
Sudirman pun langsung menetapkan persetujuan untuk mengubah PJBG yang telah disepakati pada 17 Oktober 2014. Dia mengatakan amandemen kontrak bertujuan untuk mengamankan pasokan gas pembangkit berbahan bakar gas untuk jangka waktu yang panjang.
"Kepastian pasokan bahan bakar gas bagi pembangkit listrik memerlukan tindakan cepat. Jangan sampai terjadi defisit," ketika memberikan sambutannya di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/4). (Baca: Dua Pembeli Gas Tangguh Kurangi Pesanan LNG)
Gas dari Tangguh ini nantinya bisa digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Arun yang memiliki kapasitas 184 megawatt (MW), PLTGU Belawan (800 MW), dua blok PLTGU Muara Karang (1.300 MW), dan tiga blok PLTGU Priok berkapasitas 2.000 MW.