Konsumsi Listrik Anjlok, PLN Proyeksi Pendapatan Turun Rp 44 Triliun
Perusahaan Listrik Negara atau PLN bakal merevisi target pendapatan tahun ini. Pasalnya, konsumsi listrik menurun selama pandemi corona.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan target penjualan listrik tahun ini direvisi dari Rp 256,7 triliun menjadi Rp 221,5 triliun. "Terdapat penurunan penjualan sebesar Rp 35 triliun," kata Zul dalam video conference bersama Komisi VII, Rabu (22/4).
PLN merevisi target penjualan karena konsumsi listrik turun 9,7%. Penurunan terbesar terjadi di Jawa-Bali.
Dengan begitu, target pendapatan perusahaan tahun ini diubah dari Rp 301 triliun menjadi Rp 257 triliun, turun Rp 44 triliun. Selain penjualan listrik, pendapatan perusahaan juga berasal dari penyambungan listrik pelanggan.
"Kami bersama-sama dengan seluruh Direksi PLN assessment berapa efisiensi yang bisa kami laksanakan dengan situasi terkait Covid-19 ini," ujar Zulkifli.
(Baca: Diminta Perluas Insentif, PLN Menyatakan Tidak Sanggup)
Selain kinerja keuangan, PLN juga mengubah kebijakan terkait proyek pembangkit 35 ribu megawatt. Zulkfili menyatakan, pihaknya hanya memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik yang sudah mendapatkan pendanaan.
Jika belum mendapatkan pendanaan, pembangunan pembangkit listrik akan ditunda. Kebijakan tersebut diambil karena permintaan listrik yang belum stabil dan sulitnya mendapatkan pendanaan di tengah pandemi corona.
Pasalnya, konsumsi listrik PLN dalam empat tahun terakhir hanya naik sekitar 4,5%. Padahal dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), asumsi pertumbuhan konsumsi listrik di atas 8%.
Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ikut menambah beban keuangan PLN. Setiap kurs rupiah terhadap dolar AS melemah Rp 1.000, maka beban keuangan PLN naik hingga mencapai Rp 9 triliun.
"Kami lihat bagaimana pengaruh ini. Kami berharap sebelum akhir tahun rupiah sudah menguat," ujar dia.
(Baca: Bangun Pembangkit & Transmisi, PLN akan Terbitkan Surat Utang Rp 1,7 T)