Ambisi Qatar Petroleum Jadi Produsen LNG Terbesar Dunia
Qatar Petroleum menargetkan menjadi produsen gas alam cair atau LNG terbesar dunia selama dua dekade mendatang. Negara di Timur Tengah itu akan memanfaatkan peningkatan permintaan gas bumi seiring dengan transisi global dari minyak dan batu bara ke energi bersih.
Kapasitas LNG-nya akan naik lebih 50% menjadi 126 juta ton per tahun. “Angka ini sulit ditandingin oleh negara lain,” kata Menteri Energi dan CEO Qatar Petroleum Saad Al-Kaabi, dikutip dari Bloomberg, Rabu (17/2).
Pesaing utamanya saat ini adalah Australia dan Amerika Serikat. Namun, keunggulan Qatar adalah produksi LNG-nya lebih murah, bahkan ketika harga minyak turun di bawah US$ 20 per barel. “Ini adalah proyek yang paling kompetitif di planet ini,” ujarnya.
Sebagai informasi, hrga minyak telah melonjak lebih 60% sejak awal November. Saat ini harganya berada di kisaran 63% seiring dengan kehadiran vaksin Covid-19. Pasar melihat pemulihan ekonomi dan permintaan energi akan pulih.
Tahun lalu, Timur Tengah memasok 23% LNG dunia. Qatar Petroleum akan melakukan investasi akhirnya di North Field East Project. Kurangnya pasokan dari negara lain akan menguntungkan negara itu. “Dengan sedikit proyek yang berjalan, ekspansi kami menjadi sangat tepat waktu,” kata Al-Kaabi.
Perusahaan telah membukukan kontrak LNG dengan Belgia, Prancis, dan Inggris. Qatar Petroelum juga berencana membangun terminal impor LNG terbesar di Inggris. Sebanyak 70% saham proyek ini akan dikuasai perusahaan.
Harga LNG
LNG adalah bahan bakar fosil yang lebih bersih ketimbang batu bara dan minyak bumi. Namun, sebagian besar perjanjian pasokannya mengacu pada harga minyak mentah.
Al-Kaabi meragukan kondisi tersebut akan berubah. “Ada kekeliruan sebab LNG diperdagangankan seperti komodoitas dan Anda bisa memilikinya di pasar spot yang hampir tidak ada habisnya,” katanya. “Itu tidak benar.”
Qatar Petroleum akan menjual sekitar 10% gas barunya melalui pasar spot. “Jangka panjangnya adalah pendekatan terbaik bagi kedua belah pihak,” ucap Al-Kaabi.
Harga LNG spot telah bergerak liar selama setahun terakhir. Angkanya menurun drastis pada April lalu ketika pandemi Covid-19 datang dan jumlah kasusnya melonjak.
Harganya juga naik pada Januari di tengah musim dingin di Asia. Volatilitas tersebut, menurut dia, sangat tidak baik bagi pembeli maupun penjual.
Qatar Petroelum Trading
Perusahaan juga berencana membangun divisi perdagangan atau trading LNG-nya. Langkah ini sebagai upaya untuk bersaing dengan perusahaan migas global lainnya.
Al-Kaabi mengatakan volatilitas harga yang terjadi bulan lalu hanya menyebabkan keraguan kelangsungan hidup dan stabilitas jangka panjang LNG. “Saya tidak senang melihat lonjakan harga LNG,” katanya kepada Reuters pekan lalu.
Pada Januari 2021, harga gas alam cair sempat melonjak tinggi di Asia, bahkan melebihi pasar Eropa dan Amerika. Beberapa perusahaan dan pedagang bergegas memenuhi permintaan tersebut tapi kesulitan menemukan volume untuk pengiriman cepat.
QP Trading, menurut Al-Kaabi, akan menjadi bagian penting dari bisnis perusahaan. Para pembeli akan mendapat opsi untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek, yang tidak dapat dipenuhi dari kontrak jangka panjang.