Menanti Kejelasan Kerja Sama Smelter Tembaga Freeport - Tsingshan
Rencana kerja sama pembangunan pabrik pemurnian atau smelter tembaga antara PT Freeport Indonesia dengan Tsingshan Steel hingga kini belum juga diputuskan. Padahal jika dibiarkan terus berlarut, hal ini berpotensi mengganggu pembangunan smelter di Gresik.
Direktur Center for Indonesian Resources Strategic Studies (Cirrus) Budi Santoso menilai perkembangan pembangunan smelter Freeport di Gresik akan tertunda dengan berlarutnya keputusan kerja sama. Apalagi mengingat pembangunan proyek smelter Freeport sebelumnya juga selalu menemui kendala.
"Kenapa kok terjadi hambatan kalau memang niat kerja sama? Apakah ada hambatan karena ada kepentingan pemerintah Amerika," ujar Budi kepada Katadata.co.id, Kamis (29/4).
Menurut dia jika memang Freeport bersungguh-sungguh dan berkomitmen dalam pembangunan smelter, seharusnya tidak ada yang rumit. Kecuali jika perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut tidak berniat membangun dan mempunyai kepentingan lain dibaliknya.
Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi sebelumnya menyampaikan jika diskusi antara Freeport Indonesia dengan Tsingshan Steel akan diputuskan pada Maret 2021. Namun saat ini belum ada perkembangan yang signifikan. "Masih diskusi antara Freeport, MIND ID, dan Tsingshan," kata Juru bicara Kemenko Marves, Jodi Mahardi.
Adapun smelter tembaga Freeport saat ini memiliki dua opsi lokasi. Awalnya berada di Gresik, Jawa Timur. Namun, kini pemerintah juga membuka peluang membangunnya di Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara.
Sebelumnya, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Sugeng Mujiyanto mengatakan sejauh ini Kementerian ESDM memastikan pembangunan masih tetap sesuai rencana awal di kawasan industri JIIPE Gresik
Meskipun biaya pembangunan smelter di Halmahera lebih murah yakni US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 25 triliun, dibandingkan di Gresik yang mencapai US$ 3 miliar atau Rp 42 triliun. "Sejauh ini ke JIIPE, masih komunikasi," kata Sugeng.
Juru bicara Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan pihaknya masih menunggu keputusan pemerintah terkait lokasi smelter. Rencana awal, Freeport akan membangun pabrik pengolahannya di di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
"Sesuai perjanjian dengan pemerintah dalam proses divestasi. Tapi keputusan akhir adalah di tangan pemerintah. Yang pasti, Freeport tetap berkomitmen untuk membangun smelter di Gresik," ujarnya.