Asa Pertamina Dongkrak Serapan Gas Terkendala Infrastruktur dan Pasar

Image title
2 September 2021, 14:59
pertamina, gas, permintaan gas
ANTARA FOTO/Aji Styawan
Karyawan memeriksa instalasi jaringan pipa gas di fasilitas penerimaan gas PT Pertamina Gas (Pertagas) di Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah.

Pertamina Hulu Energi (PHR) berharap kebijakan harga gas sebesar US$ 6 per juta British thermal unit (mmbtu) mampu mendongkrak serapan gas di dalam negeri. Pasalnya sejauh ini pasar domestik hanya menyerap 50-60% dari total pasokan.

CEO PHE, Budiman Parhusip, mengatakan bahwa selama ini sektor kelistrikan merupakan pasar gas terbesar domestik. Oleh sebab itu, dia butuh komitmen kuat dari PLN untuk dapat lebih banyak memanfaatkan gas untuk pembangkit listrik.

"Pemerintah sudah membuat harga gas US$ 6 per mmbtu untuk sektor kelistrikan dan beberapa industri. Kami berharap ini bisa memicu pertumbuhan penggunaan gas," ujarnya dalam acara IPA Convex 2021, Kamis (2/9).

Menurut dia gas bumi akan memainkan peran penting dalam transisi energi di Indonesia jika dibandingkan dengan minyak dan batu bara. Apalagi Indonesia memiliki potensi sumber gas yang cukup besar.

Untuk itu, Budiman mengupayakan agar kegiatan eksplorasi guna menemukan cadangan migas perlu dipercepat dengan perbaikan insentif fiskal. Namun ia juga mengingatkan agar pengembangan infrastruktur gas terintegrasi juga dapat digenjot, terutama untuk wilayah Indonesia timur.

"Kita ketahui bahwa infrastruktur gas di bagian timur masih belum dikembangkan. Jadi dibutuhkan upaya kolektif agar perkembangan gas dan juga eksplorasi di masa depan bisa diwujudkan," katanya. Simak permintaan gas berdasarkan sektor ekonomi pada databoks berikut:

Direktur Perencanaan Korporat PLN Evy Haryadi menyadari pertumbuhan permintaan gas untuk pembangkitan domestik selama ini memang belum begitu besar. Hal ini terjadi terjadi karena infrastruktur gas yang kurang memadai.

Permintaan gas biasanya rata-rata berasal dari daerah terisolasi. Sementara, kapasitas pembangkit gas yang digunakan tidak begitu besar. Hal inilah yang menjadi tantangan dalam serapan gas di dalam negeri.

"Kami sekarang membuat perencanaan berbasis RUPTL dan rencana kami hanya 10 tahun dan komitmen jangka panjang gas berarti kami memerlukan perencanaan yang intensif untuk bisa memberikan kontrak gas yang optimal," katanya.

Sekretaris Jenderal IATMI Hadi Ismoyo sebelumnya mengatakan tantangan mengembangkan gas bumi saat ini bukan lagi persoalan cadangan, karena Indonesia memiliki sumber gas yang melimpah.

Tantangannya justru berkaitan dengan pasar. Pengembangannya dapat berjalan dengan baik, asalkan pembangunan infrastrukturnya digenjot secara merata. Simak capaian pembangunan jaringan gas sepanjang 2020 pada databoks berikut:

Lalu, pemerintah juga perlu memperbanyak pedagang atau trader gas domestik untuk memasarkannya. “Nah, ini pekerjaan rumahnya. Bagaimana kita bisa ngomongin pengiriman gas dari Lapangan Tangguh dan Bontang ke Jawa, tapi pipanya tidak ada,” ujar Hadi.

Ia pun menyorot sikap pemerintah yang kurang adil dalam memperlakukan infrastruktur gas. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat diberi keleluasan membangun jalan tol dengan masif. Namun, hal serupa tidak terjadi untuk distribusi gas.

Padahal, infrastruktur bahan bakar itu dapat mendukung pertumbuhan ekonomi secara merata. Pemerintah selama ini terlena dengan bahan bakar minyak atau BBM sehingga lupa dengan potensi sektor gas. “Tugas kita semua dan pemerintah membuat pasar agar hulu (gas) juga tumbuh," ujarnya.

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...