Harga Pertamax Naik, Sebagian Konsumen Tak Pindah ke Pertalite

Muhamad Fajar Riyandanu
1 April 2022, 17:57
harga pertamax, pertalite, bbm, spbu
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Operator SPBU melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax turbo ke kendaraan konsumen di SPBU Dago, Bandung, Jawa Barat, Minggu (5/1/2020).

Pengguna Pertamax mulai hari ini harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk mengisi kendaraannya. Namun mereka tak serta merta beralih ke Pertalite yang harganya lebih murah karena kualitas BBM berpengaruh pada performa mesin kendaraan.

Muhammad Ilpandi (23), misalnya. Pria yang sehari-hari bekerja di gerai makanan beku ini mengaku terdampak kenaikan harga Pertamax. Meski demikian dia tidak bisa beralih ke Pertalite karena memang motor sport CBR 150 miliknya tak bisa diberi "minum" Pertalite.

“Mau bagaimana lagi, motor saya spesifikasinya minimal pakai Pertamax,” kata Ilpandi saat tengah mengantre untuk mengisi BBM di SPBU Pertamina kepada Katadata.co.id, Jumat (1/4).

Saat harga Pertamax masih di angka Rp 9.000 per liter, Ilpandi mengaku menghabiskan Rp 50.000 per minggu untuk pengisian Pertamax. “Karena untuk kebutuhan pulang-pergi saja, rumah sama tempat kerja jaraknya dekat,” kata dia.

Namun ke depan, untuk mengurangi pengeluaran konsumsi BBM, Ilpandi akan menggunakan sepeda motor matik miliknya saat menempuh perjalanan jauh. Ia juga berniat menggunakan motor berbahan bakar Pertalite tersebut untuk keperluan kerja.

“Kalau untuk kerja mungkin nanti bisa selang-seling ya. Karena masih sering dipakai juga sama adik untuk sekolah,” ujarnya.

Sementara itu, seorang pengemudi jasa ojek online, Alkhatiri, mengaku dirinya juga tidak akan melakukan migrasi dari Pertamax ke Pertalite, karena kualitas BBM yang lebih rendah berpengaruh pada performa motornya. “Kalau pakai Pertalite mesin cepat panas dan tarikannya kurang,” ucapnya.

Alkhatiri pun mengaku tak keberatan dengan kenaikan harga Pertamax yang mencapai Rp 3.500 per liter. Namun, ia berharap, kenaikan harga BBM tak disusul dengan kenaikan harga bahan pokok. “Ya semoga harga kebutuhan pokok jangan ikut naik deh. Dan yang lagi mahal (bahan kebutuhan pokok) bisa dimurahin,” harapnya.

Dalam sehari, rata-rata Alkhatiri menghabiskan Rp 35.000 per hari. Tergantung waktu dan jarak tempuh yang dilewati. “Gak tentu juga sih, biasanya saya sehari cuma isi satu kali saja,” ujarnya.

Menurut pantauan Katadata di SPBU Pertamina yang berlokasi di Jalan Hos Cokroaminoto, Larangan, Kota Tangerang, Jumat (1/4), antrean pengemudi untuk mengisi Pertamax tetap terjadi meski harganya kini menjadi lebih mahal.

“Di sini memang sering antre, biasa. Sebenarnya gak begitu pengaruh antara kenaikan harga Pertamax dengan antrean ini. Kemarin malam juga ngantre, itu biasa di sini,” kata Wahyu, selaku pengawas SPBU saat ditemui di lokasi.

Dia menjelaskan bahwa BBM di SPBU itu selalu di isi setiap hari dengan rincian 8 kilo liter (KL) solar, 24 KL Pertalite, dan 16 KL Pertamax. “Kalau solar sama Pertalite ini sudah ditetapkan minimalnya segitu karena BBM Subsidi, kan. Tapi kalau Pertamax tiap harinya beda, bebas mau isi berapa,” ujarnya.

Sebelumnya Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, memperkirakan kenaikan harga Pertamax akan mendorong konsumen beralih menggunakan Pertalite. Jika harga naik menjadi Rp 15.000-16.000 per liter, ia memperkirakan 40% konsumen Pertamax akan beralih ke Pertalite.

“Kalau di bawah Rp 15.000 per liter maka shifting tidak terlalu banyak, mungkin 20%,” ujarnya kepada Katadata.co.id.

Potensi migrasi ke BBM swasta akan semakin kecil lantaran para konsumen Pertamax berasal dari masyarakat golongan menengah ke atas. “Yang sudah paham manfaat daripada penggunaan BBM dengan RON yang lebih tinggi,” kata Mamit.

Namun Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan naiknya harga BBM Pertamax akan menimbulkan migrasi besar-besaran, terutama dari mereka yang berada di kelas menengah rentan.

"Perlu dicatat, kelas menengah yang rentan jumlahnya mencapai 115 juta orang. Sedikit saja penyesuaian harga BBM, mereka langsung turun kelas," kata Bhima.

Ujungnya, naiknya harga Pertamax bisa menciptakan masalah baru yakni membengkaknya beban keuangan pemerintah karena konsumsi BBM bersubsidi yang kian besar. "Seolah penyelamatan keuangan Pertamina tapi konsekuensi lain migrasi sebabkan beban APBN ikut bengkak,” ujarnya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...