Perusahaan Asing Lirik Proyek Smelter Aluminium Adaro
Sejumlah perusahaan luar negeri tertarik bekerja sama dengan PT Adaro Energy Indonesia dalam proyek pembangunan smelter atau pabrik pengolahan bijih tambang. Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia, Garibaldi Thohir, mengatakan belum bisa menerima tawaran tersebut karena masih fokus pada pembangunan smelter aluminium di Kalimantan Utara yang ditargetkan rampung pada 2024.
“Kami masih fokus membangun smelter jilid 1 ini dulu,” ujar Boy Thohir, panggilan akrabnya dalam konferensi pers daring pada Senin (18/4).
Boy tak menyebutkan perusahaan asing dari negara mana saja yang telah menghubungi Adaro untuk kerja sama pembangunan Smelter. Smelter aluminium yang dikembangkan Adaro tersebut akan memproduksi bahan baku alumunium yang digunakan untuk membuat kendaraan listrik.
Boy berharap agar Adaro bisa berkontribusi dalam pengembangan kendaraan listrik dan baterai listrik. Harapan ini muncul saat dirinya berkunjung ke Amerika Serikat (AS). Di sana, ia melihat pabrik pembuatan kendaraan listrik yang sebagian besar komponennya dibuat dari aluminium. “Di AS, kendaraan elektrik itu sasis dan body-nya itu dibuat dari aluminium jadi ringan sekali,” kata dia.
Pada Desember tahun lalu, PT Adaro Aluminium Indonesia menandatangani Surat Pernyataan Maksud Investasi (Letter of Intention to Invest) sebesar US$ 728 juta atau sekitar Rp 10,4 triliun untuk membangun smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia yang tengah dibangun PT Kalimantan Industrial Park Indonesia.
Wakil Presiden Direktur Adaro, Ario Rachmat, berharap Adaro dapat membantu mengurangi impor aluminium. Adapun untuk mengembangkan industri ini, Adaro juga akan menggandeng mitra kerja dari luar negeri yang sudah memiliki rekam jejak, pengalaman, teknologi terkini dan pengetahuan secara menyeluruh di industri aluminium.
Ario optimistis permintaan dunia atas produk aluminium akan terus meningkat, terutama untuk kabel, baterai, dan sasis. "Kami juga berharap di masa mendatang, industri lainnya seperti industri panel surya dan mobil listrik yang membutuhkan aluminium juga bisa diproduksi di sini," kata dia, Kamis (23/12/2021).
Adapun pemerintah menargetkan pembangunan smelter di subsektor mineral dan batu bara mencapai 53 unit hingga 2024. Nilai investasi untuk pembangunan smelter tersebut diperkirakan mencapai US$ 21,60 miliar atau setara Rp 308.7 triliun (kurs Rp 14.295/US$). Berikut grafik Databoks: