Rusia akan Pangkas Produksi, Harga Minyak Sepekan Melonjak 8%
Harga minyak naik lebih dari 2% pada perdagangan Jumat (10/2) akhir pekan lalu dan membukukan kenaikan lebih dari 8% dalam sepekan seiring rencana Rusia untuk mengurangi produksi sebagai balasan atas batasan harga minyak mentah dan BBM oleh negara Barat.
Minyak mentah Brent ditutup pada level US$ 86,39 per barel naik 8,1% dalam sepekan, sedangkan minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) di level US$ 79,72 atau naik 8,6%.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengumumkan rencana untuk memangkas produksi minyak mentahnya pada bulan Maret sebesar 500.000 barel per hari (bph), atau sekitar 5% dari produksi.
Negara-negara Barat telah memberlakukan pembatasan harga sebagai upaya untuk menghentikan pendapatan minyak Rusia yang bisa digunakan untuk membiayai perang di Ukraina. Pemotongan produksi menunjukkan bahwa batasan harga dan larangan Uni Eropa baru-baru ini terhadap produk minyak Rusia, yang mulai berlaku pada 5 Februari, memiliki beberapa dampak.
“Sebagian besar analis telah memperkirakan produksi Rusia turun 700.000-900.000 pada 2023,” kata Rebecca Babin, pedagang energi senior di CIBC Private Wealth AS, dikutip dari Reuters, Senin (13/2). “Kunci minyak mentah untuk keluar dari kisaran perdagangan saat ini adalah pemulihan permintaan Cina.”
Produksi Rusia tahun lalu menentang prediksi penurunan, tetapi penjualan minyaknya akan terbukti lebih sulit menghadapi sanksi baru. “OPEC+ tidak merencanakan tindakan setelah Rusia mengumumkan pengurangan produksi minyak,” kata dua delegasi OPEC+ kepada Reuters.
“Dalam jangka sangat pendek, (pemotongan produksi Rusia) tidak terlalu berarti karena ada jadwal pemeliharaan kilang yang signifikan mengurangi permintaan hari ini, tetapi seiring kita melangkah maju dan permintaan minyak dunia terus pulih, itu akan meningkatkan defisit pasokan,” kata presiden konsultan energi Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.
Kekhawatiran ekonomi masih menekan harga, dengan lemahnya data permintaan dari Cina dan kekhawatiran resesi di Amerika Serikat. Yang juga membatasi kenaikan adalah kenaikan klaim pengangguran mingguan AS dan persediaan minyak yang lebih tinggi.
Goldman Sachs menurunkan perkiraan harga Brent 2023 menjadi US$ 92 per barel dari US$ 98 dan perkiraan harga 2024 menjadi US$ 100 dari sebelumnya US$ 105.
Pejabat negara OPEC mengatakan bahwa harga minyak dapat melanjutkan relinya pada 2023 karena permintaan Cina pulih setelah pencabutan pembatasan Covid-19 dan minimnya investasi membatasi pertumbuhan pasokan. Ini berpotensi mengerek harga kembali ke US$ 100 per barel.