Harga Batu Bara Naik dari Rekor Terendah 2 Tahun, Tekanan Belum Usai

Happy Fajrian
3 Juni 2023, 14:33
harga batu bara
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa.
Foto udara aktivitas bongkar muat batu bara di kawasan pantai Desa Peunaga Cut Ujong, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Kamis (9/12/2021).

Harga batu bara bangkit pada perdagangan Jumat (2/6) atau Sabtu (3/6) waktu Indonesia dari rekor terendahnya dalam hampir dua tahun terakhir. Meski begitu, pelaku pasar mengatakan tekanan terhadap komoditas mineral hitam ini masih belum berakhir.

Harga batu bara di ICE Newcastle, Australia, salah satu harga acuan dunia, untuk kontrak Juli 2023 naik US$ 3,30 atau 2,52% menjadi US$ 134,15 per ton. Sedangkan untuk kontrak Juni hanya naik tipis 85 sen atau 0,65% menjadi US$ 131 per ton.

Naiknya harga batu bara salah satunya didorong oleh permintaan impor dari Eropa yang meningkat 14% sepanjang Mei 2023 dari rekor terendahnya selama sekitar 22 bulan terakhir pada April, menurut data komoditas Kpler.

Meski demikian data tersebut masih sekitar sepertiga dari capaian pada tahun lalu di tengah tingginya persediaan dan menurunnya permintaan batu bara untuk pembangkitan listrik di Benua Biru, seiring pasokan gas alam yang kuat.

Sementara itu Cina, salah satu negara pengonsumsi batu bara terbesar di dunia, baru saja memulai proyek penangkapan karbon untuk pembangkit listrik batu bara yang akan menjadi yang terbesar di Asia.

Proyek carbon capture, utilization, and storage (CCUS) ini akan dibangun di pembangkit listrik batu bara Taizhou, yang mampu menyerap sekitar 500.000 ton emisi karbon dioksida (CO2) per tahun.

Peresmian proyek ini sejalan dengan kekhawatiran krisis energi dari terus meningkatnya permintaan listrik, termasuk dari peningkatan penggunaan kendaraan listrik, yang dapat memaksa Cina lebih bergantung pada batu bara untuk menjaga keamanan energinya.

“Kekurangan energi kemungkinan akan muncul kembali karena percepatan transisi energi terus menekan jaringan listrik,” kata para analis dari ANZ Group seperti dikutip dari Oilprice.com pada Sabtu (3/6).

Saat ini Cina tengah membangun atau berencana membangun sekitar 366 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga batu bara baru. Jumlah tersebut berkontribusi hingga 68% dari total rencana pembangkit listrik batu bara baru global hingga 2022.

Sedangkan di luar Cina, kapasitas pembangkit batu bara terus menyusut, dengan sekitar 2,2 GW dipensiunkan di Eropa tahun lalu, dan sekitar 13,5 GW dipensiunkan di Amerika Serikat.

Impor batu bara termal Cina tetap pada tingkat yang tinggi di bulan Mei, dengan Kpler memperkirakan kedatangan sebesar 28,24 juta ton, sedikit di bawah 28,42 juta di bulan April dan 28,40 juta di bulan Maret.

Perlu dicatat bahwa kinerja tiga bulan terakhir adalah yang terkuat dalam data Kpler sejak Januari 2017, dengan impor Mei 137% lebih tinggi dari bulan yang sama pada 2022.

Cina telah beralih ke batu bara termal lintas laut untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat, dengan pembangkit listrik termal menghasilkan 83 miliar kilowatt jam (kWh) lebih banyak dalam empat bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama 2022.

Sementara itu India, importir batu bara terbesar kedua di dunia, juga telah meningkatkan pembelian, dengan perkiraan tingkat kedatangan termal oleh Kpler pada bulan Mei sebesar 16,62 juta ton, naik dari bulan April sebesar 14,37 juta dan terbesar sejak Juli tahun lalu.

Impor didorong cuaca yang lebih panas dari biasanya dan pertumbuhan ekonomi yang solid. Dengan harga yang lebih rendah, pembangkit listrik tenaga batu bara yang menggunakan bahan bakar impor dapat menghasilkan keuntungan bahkan ketika menjual ke pasar listrik India yang harganya diatur.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...