APBI Kritik Harga Acuan Batu Bara: Tidak Mencerminkan Pasar Domestik
Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) mengatakan harga acuan batu bara Indonesia tidak mencerminkan kondisi pasar domestik.
“Batu bara yang dihasilkan mayoritas berada di rentang 4.500 sampai 5.500 kilo kalori per kilogram tapi basis harganya menggunakan kalori tertinggi,” kata Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif Gita Mahyarani kepada Katadata.co.id pada Jumat (21/6).
Kenaikan harga acuan pada bulan ini, menurut dia, karena berkurangnya ekspor pada Mei 2024. Hal tersebut terjadi karena turunnya permintaan dari negara eksportir, seperti Cina, terhadap batu bara termal.
Cina saat ini sedang meningkatkan pembangkit tenaga air atau hidro. Angka pemakaiannya pada bulan lalu naik 20,8%. Lalu, penggunaan pembangkit listrik tenaga surya Negeri Panda juga naik 29% secara tahunan. Kondisi tersebut yang mengurangi pemakaian batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Sebagai informasi, harga acuan batu bara (HBA) dengan nilai 6.322 kkal per kg (GAR) naik 7,8% menjadi US$ 123 per ton pada Juni 2024 dibandingkan bulan lalu. Batu bara dengan nilai kalori tertinggi tersebut menjadi acuan harga jual komoditas tambang tersebut untuk penyediaan listrik dan bahan bakar domestik, kecuali industri pengolahan dan pemurnian mineral logam.
Gita mengatakan kenaikan harga tersebut juga dipengaruhi kondisi ekspor batu bara Rusia sehingga banyak importir mengalihkan permintaan ke Australia dan Indonesia. "Beberapa perusahaan di sana kegiatan ekspornya masih kena embargo (dampak perang Rusia vs Ukraina)," katanya.
Berikut daftar keempat golongan harga acuan batu bara pada Juni 2024, yaitu:
- Batu bara 6.322 kcal per kg GAR (nilai kalor kotor) senilai US$ 123 per ton atau naik 7,84% dari bulan sebelumnya US$ 114,06 per ton.
- HBA I 5.300 kcal per kg GAR ditetapkan US$ 88,65 per ton, turun 3,4% dari US$ 91,77 per ton.
- HBA II 4.100 kcal per kg GAR ditetapkan sebesar US$ 54,79 per ton atau menurun 3,06% dari US$ 56,52 per ton.
- HBA III 3.400 kcal per kg GAR ditetapkan US$ 35,82 per ton, turun 1,5% dari US$ 36,39 per ton.