RI Berpeluang Tekan Impor Migas Melalui Pemanfaatan Bioetanol

Happy Fajrian
15 Juni 2023, 15:16
bioetanol, impor migas, bbm
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww.
Pengendara menunjukkan kartu kode QR saat membeli BBM bersubsidi di SPBU Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, Senin (30/1/2023).

Indonesia dinilai berpeluang untuk menekan impor minyak dan gas melalui pemanfaatan bioetanol untuk energi. Salah satunya yaitu dengan mencampurkan bioetanol ke dalam BBM jenis bensin.

Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Agroindustri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Agus Eko Tjahjono mengatakan bahwa bioetanol banyak dipakai untuk minuman, bahan baku atau penunjang berbagai industri, dan saat ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Adapun optimalisasi produk tersebut dapat mengurangi kuota impor minyak dan gas. “Bioetanol merupakan oksigenat yang dapat dicampurkan ke dalam bensin yang mampu meningkatkan angka oktan dan menyempurnakan pembakaran di dalam mesin,” kata Agus, Kamis (15/6).

Bila dibandingkan bahan bakar minyak setara oktan 90, pemanfaatan etanol sebagai campuran bahan bakar minyak bisa mengurangi hingga 90% emisi karbon dioksida.

Meski secara sains energi alternatif ini mampu berkontribusi terhadap penurunan emisi, namun penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar masih menghadapi beberapa tantangan yang perlu diselesaikan oleh para pemangku kepentingan.

Agus menuturkan bahwa investasi yang tidak murah, bahan baku terbatas, serta harganya yang mahal menyebabkan bioetanol tidak berkembang di Indonesia. Bahkan, sebagian industri di dalam negeri menggunakan molases yang merupakan komoditas ekspor.

Dia menjelaskan upaya meningkatkan keekonomian bioetanol, yaitu kebutuhan energi diupayakan dari sisa biomassa bahan baku, menekan biaya investasi pabrik, meningkatkan efisiensi proses, dan menciptakan by product dan co-product.

“Indonesia memiliki sumber bahan baku yang melimpah, beberapa bahan baku, bahan berpati atau bergula telah tersedia tanpa harus melakukan penyediaan lahan dan budidaya, serta jumlahnya melimpah, seperti tanaman sagu,” kata Agus.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa sagu sebagai kandidat bahan baku yang layak secara ekonomi untuk pengembangan industri bioetanol di Indonesia.

Sagu dikenal dengan tanaman produktivitas pati atau gula yang tinggi dan belum termanfaatkan dengan optimal dan memiliki sisa biomassa yang mencukupi sebagai sumber energi proses (listrik dan panas), serta pemanfaatan hutan sagu yang dilakukan dengan benar tidak akan merusak lingkungan.

“Dapat diintegrasikan dengan pengembangan berbagai co-product dan pemanfaatan by product untuk meningkatkan keekonomiannya sehingga potensial untuk pengembangan ekonomi hijau berbasis sagu,” kata Agus.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...