Kinerja PLTA Cina Tak Optimal, Harga Batu Bara Naik Signifikan
Harga batu bara di pasar ICE Newcastle konsisten naik dalam sepekan terakhir. Kenaikan beruntun ini merupakan yang pertama sejak terjadi terakhir kali pada akhir November 2022. Harga batu bara pada Rabu (26/7) berada di posisi US$ 158,35 per ton atau naik 9,32% dari harga pada US$ 144,85 pada 19 Juli lalu.
Meroketnya harga batu bara dipengaruhi oleh langkah Cina yang menaikkan konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik tenaga air atau PLTA. Sebagai konsumen terbesar batu bara global, manuver Cina dapat mempengaruhi harga batu bara internasional.
International Energy Agency (IEA) mencatat Cina mengonsumsi 4,2 miliar ton batu bara, terdiri dari 3,5 miliar ton batu bara termal dan 708 juta ton batu bara metalurgi. Jumlah tersebut menempatkan Cina sebagai pengguna batu bara terbesar dunia dengan tingkat konsumsi 53% dari total konsumsi global.
Melansir Reuters, ketergantungan Cina pada pembangkit listrik tenaga batu bara meningkat selama paruh pertama tahun 2023. Hal itu karena kekeringan berkepanjangan yang mengurangi daya listrik dari pembangkit tenaga air di Provinsi Sinchuan dan Yunnan. Kondisi tersebut memaksa Cina untuk kembali beralih ke pembangkit batu bara untuk menjaga pasokan energi domestik.
Reuters mencatat penggunaan listrik di Cina pada paruh pertama 2023 menjadi 205 miliar kilowatt hour (kWh) atau naik 5,2% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kenaikan serapan listrik itu selaras dengan target pertumbuhan produk domestik bruto 5% pada tahun ini.
Di sisi lain, listrik dari pembangkit tenaga air merosot sebesar 132 miliar kWh, memasuki level terendah selama delapan tahun terakhir. Kondisi tersebut mengakibatkan produksi listrik bakar batu bara menopang 71% listrik Cina, naik 8% dari periode yang sama pada tahun 2022.
Pemerintah Cina juga mengerek produksi batu bara domestik hingga 107 juta ton sepanjang Januari hingga Juni 2023. Angka ini naik 5% dari semester pertama 2022. Penambahan produksi itu bertujuan untuk memastikan stok bahan bakar untuk generator pembangkit listrik.
Pada paruh pertama tahun ini, pembangkit listrik tenaga angin dan surya Cina menghasilkan listrik 560 miliar kWh. Capaian tersebut menjadikan suplai listrik angin lebih tinggi untuk pertama kalinya dari kapasitas produksi gabungan bendungan pembangkit listrik tenaga air sejumlah 450 miliar kWh untuk pertama kalinya.
Besaran pembangkit listrik angin dan air menjadi gambaran transisi energi di Cina berjalan progresif. Namun pembangkit dan produksi berbahan bakar batu bara masih cenderung meningkat setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Hal itu karena ketergantungan negara pada unit berbahan bakar batu bara dan kebutuhan untuk memenuhi pertumbuhan beban listrik yang cepat.