Pasokan Global Melimpah, Harga Batu Bara Terjun Sepekan Terakhir
Harga batu bara di pasar ICE Newcastle konsisten turun dalam sepekan terakhir setelah sempat mengalami kenaikan beruntun selama tujuh hari berturut-turut sejak 19 Juli hingga 26 Juli 2023 dengan harga terakhir US$ 158,35 per ton.
Harga batu bara pada Selasa (1/8) berada di posisi US$ 144,70 per ton. Menurunnya harga batu bara disebabkan oleh kondisi pasar yang mengalami kelebihan pasokan atau oversupply dan penetrasi pembangkit energi terbarukan yang kian masif.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, mengatakan kelebihan pasokan batu bara global saat ini tidak diimbangi oleh neraca permintaan yang agresif.
Kelebihan pasokan terjadi karena produksi batu bara domestik di Cina naik signifikan. Kondisi tersebut disandingkan dengan sikap India sebagai konsumen batu bara terbesar nomor dua dunia yang menekan porsi impor.
“Sementara realisasi produksi sejauh ini di Indonesia dan Australia juga cukup tinggi. Selain itu tekanan dari meningkatnya renewable juga berpengaruh menekan demand batu bara global,” kata Hendra kepada Katadata.co.id pada Selasa (1/8).
Hendra melanjutkan, tren penurunan harga batu bara saat ini ikut mengerek beban biaya operasional pelaku usaha tambang, dengan rata-rata kenaikan 20% sampai 25%. Kenaikan biaya produksi datang dari meningkatnya biaya bahan bakar yang berpengaruh terhadap 25% hingga 35% dari biaya produksi.
Faktor itu berpotensi lebih besar jika menghitung fluktuasi inflasi. “Selain itu tambahan meningkatnya beban biaya operasional akibat dari regulasi yaitu kenaikan tarif royalti dan perpajakan lainnya juga berpengaruh terhadap kenaikan struktur biaya operasional,” ujar Hendra.
Lebih lanjut, Hendra menyoroti lebarnya disparitas harga batu bara acuan (HBA) dengan harga jual aktual yang juga berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Menurutnya, kondisi tersebut berdampak terhadap rencana investasi masa depan di tengah upaya pelaku usaha melakukan dekarbonisasi. “Karena semakin sulit untuk mendapatkan dukungan pendanaan,” kata Hendra.