IPP Dukung Bursa Karbon, Akui Emisi Karbon Sektor Listrik Besar
Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) menyatakan mendukung pelaksanaan bursa karbon Indonesia karena dinilai dapat membantu menurunkan emisi. Apalagi sektor kelistrikan salah satu sektor dengan emisi karbon tertinggi dibandingkan sektor transportasi dan lainnya.
“Karena dari semua sektor, sektor energi ini yang paling menyumbang karbon emisi yang cukup besar selain dari sektor transportasi dan lainnya. Jadi kita sangat mendukung adanya langkah pemerintah atau gebrakan untuk melakukan perdagangan karbon secara terbuka,” ujar Ketua Umum APLSI Arthur Simatupang dalam CNBC Energy Corner, Selasa (3/10).
Arthur mengatakan, sebelum pemerintah resmi meluncurkan bursa karbon tersebut, para pengusaha pembangkit listrik di Indonesia sudah melakukan diskusi bersama dengan para pelaku untuk berkolaborasi dalam penerapan bursa karbon.
“Sebelum diluncurkan, kami (pengusaha pembangkit listrik) sudah ada diskusi secara langsung dengan pemilik karbon, baik yang memiliki surplus ataupun defisit untuk dapat melakukan perdagangan karbon secara langsung,” kata dia.
Selain itu, dia mengatakan dengan diluncurkannya bursa karbon tersebut pihaknya juga melihat bahwa ada kesempatan terbuka secara voluntary untuk pelaku usaha bisa membukakan perdagangan dan juga menjadi insentif agar kegiatan usahanya menjadi lebih rendah karbon dan lebih ramah lingkungan.
Arthur menilai, adanya bursa karbon Indonesia tersebut merupakan langkah yang positif dan memiliki potensi yang cukup besar. Sehingga bisa mendukung program transisi energi di Tanah Air. Meskipun, partisipasinya masih kurang banyak.
“Kami memang masih menunggu partisipasi dari banyak pelaku usaha khususnya dari sektor energi, dalam hal ini sektor energi yang diutamakan adalah sub sektor kelistrikan,” ujarnya.
Arthur menuturkan, pilihan Indonesia untuk mendorong adanya transisi energi sudah sangat tepat. Pasalnya dengan begitu, Indonesia bisa mengejar ketertinggalannya dari negara-negara maju supaya pertumbuhan ekonomi di RI bisa mencapai lebih 5%.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah resmi meluncurkan Bursa Karbon Indonesia pada Selasa (26/9). Jokowi mengatakan potensi bursa karbon RI bisa mencapai Rp 3.000 triliun.
Oleh sebab itu, kehadiran bursa ini merupakan kesempatan ekonomi yang besar bagi Indonesia. Selain itu, kehadiran bursa karbon sejalan dengan semangat ramah lingkungan yang digalakkan secara global.
"Ini sebuah angka yang besar," kata Jokowi saat peluncuran Bursa Karbon Indonesia di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/9) seperti disiarkan dalam Youtube Sekretariat Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadikan standar bursa karbon internasional sebagai rujukan. Selain itu, Jokowi menginginkan adanya tenggat waktu untuk investor dalam dan luar negeri masuk.
"Ketiga, atur pasar karbon sukarela sesuai praktik internasional dan tidak mengganggu target emisi Indonesia," katanya.
Presiden juga mengatakan peluncuran bursa karbon merupakan kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang melawan krisis iklim. Hasil dari perdagangan di bursa ini akan diinvestasikan lagi untuk mengurangi karbon.
"Kita satu-satunya negara yang sekitar 60% pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari sektor alam," kata Jokowi.
Pelaksanaan perdagangan karbon diatur melalui Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 16 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon Subsektor Pembangkit Tenaga Listrik yang ditetapkan oleh Menteri ESDM pada akhir Desember 2022.