ESDM Dorong Percepatan Revisi POD Blok Masela agar Segera Produksi
Kementerian ESDM terus mendorong agar revisi rencana pengembangan (Plan of Development/POD) proyek LNG Abadi Blok Masela dapat segera dirampungkan.
“Cepat, kita cepat-cepat supaya segera produksi,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di kantor Kementerian ESDM pada Jumat (20/10).
Arifin menjelaskan revisi POD ini rencananya bakal rampung akhir bulan ini. “InsyaAllah, makanya sekarang kita semua bekerja keras untuk menyelesaikan apa yang bisa diselesaikan,“ ujarnya.
Dia beberapa kali menekankan bahwa proses revisi ini telah terjadi secara cepat. “Cepat, agar tidak melanggar aturan dan jangan ditahan-tahan,” kata Arifin.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa dalam proses POD Blok Masela ini nantinya akan ada pembeli gas yang berasal domestik. “Nanti kan domestik juga banyak kita alokasi, supaya ketahanan energi dalam transisi tercapai,” ungkapnya.
Sebagai informasi, pada awal bulan ini Arifin mengatakan penyerahan revisi PoD itu bakal diajukan oleh operator Blok Masela, yakni Inpex Corporation bersama dengan konsorsium PT Pertamina dan Petronas.
"Mereka sedang menyiapkan, mudah-mudahan bulan ini sudah bisa submit ke SKK Migas," kata Arifin, di Istana Merdeka pada Kamis (5/10).
Revisi PoD itu nantinya akan mengubah ketentuan yang disepakati antara pemerintah dan Inpex serta Shell sebagai kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) Blok Masela pada 2019. Arifin mengatakan, poin utama dalam revisi PoD itu mencakup pengadaan teknologi carbon capture storage alias CCS pada pengembangan LNG Blok Masela.
Kementerian ESDM pernah menaksir adanya tambahan fasilitas CCS di Proyek LNG Masela berdampak pada biaya proyek yang membengkak sebesar US$ 1,4 miliar atau Rp 21 triliun.
Meski memerlukan tambahan investasi yang besar, Arifin menilai proyek LNG Masela masih berada di skala ekonomis. Pernyataan itu merujuk pada cadangan gas sebesar 4 triliun kaki kubik (TCF) yang tersimpan di perut bumi Masela.
Ladang gas yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku itu mengandung sumber daya gas hingga 27,9 juta kaki kubik (TCF), dengan estimasi produksi sekira 9,5 juta ton LNG per tahun dan 35.000 barel kondensat per hari. “CCS itu yang paling utama, memang harus ada special effort untuk percepatan proyeknya,” ujar Arifin.
Pemerintah sebelumnya mengkaji penambahan anggota konsorsium pengelola proyek LNG Blok Masela untuk mengejar target onstream paling lambat 1 Januari 2030. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan konsorsium melaporkan pengembangan Blok Masela terbilang rumit.
Anggota konsorsium yang dimaksud terdiri dari PT Pertamina, Petronas dan Inpex Corporation. "Kemarin mereka punya kajian, kompleksitas lapangan ini membutuhkan kompetensi yang khusus supaya lapangan ini bisa digarap sebisa mungkin dengan aman," kata Arifin kepada wartawan di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (1/9).