HCML Siapkan Dua Lapangan Gas Baru di Jatim, Onstream 2024
Husky CNOOC Madura Limited (HCML) kontraktor kontrak kerja sama pengelola Blok Madura Strait, menyampaikan saat ini tengah mengembangkan dua lapangan gas baru di Jawa Timur. Well Head Platform (WHP) Superintendent Lapangan BD HCML, Redhata Rangkuti, mengatakan lapangan pertama yaitu MDK dijadwalkan onstream di kuartal III-2024.
Kedua, Lapangan MBF yang saat ini tengah memasuki tahap Front End Engineering Design (FEED) untuk selanjutnya menuju tahap pengajuan POD (plan of development). Lapangan ini rencananya akan onstream pada kuartal IV-2025.
“HCML terus melakukan pengembangan lapangan-lapangan gas baru untuk memaksimalkan pemanfaatan gas bumi di Indonesia, hal ini juga dibarengi dengan tujuan untuk mendukung SKK Migas dalam pencapaian produksi gas sebesar 12 BSFD (miliar standar kaki kubik per hari) pada 2030," ujar Redhata dalam acara Kunjungan Media SKK Migas ke HCML, Madura, Rabu (1/11).
Redhata mengatakan, saat ini HCML telah memproduksi gas 250 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari). Angka tersebut mencapai 30% dari total produksi gas di Jawa Timur, sekaligus yang terbesar di provinsi itu.
“Dari tiga lapangan HCML, yakni lapangan BD, 2M (MDA-MBH), dan MAC, KKKS HCML menjadi produsen gas terbesar, secara persentase produksinya mencapai 30% dari total produksi gas di wilayah Jawa Timur.,” kata dia.
Adapun produksi Lapangan BD didukung oleh 3 fasilitas utama yakni Anjungan Sumur Lepas Pantai (offshore Wellhead Platform/WHP), Gas Metering Station (GMS) yang terletak di dekat kota Pasuruan, serta fasilitas Produksi Terapung, Penyimpanan, dan Pembongkaran (Floating Production, Storage, and Offloading/FPSO) yang dioperasikan oleh pihak ke-3 dengan skema kontrak.
HCML Kaji Pengembangan CCS
Redhata mengatakan, HCML juga tengah mengkaji pengembangan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) atau penangkapan dan penyimpanan karbon.
Saat ini perusahaan tengah mencari konsultan untuk melaksanakan studi tersebut, “Kami tengah berusaha mengembangkan teknologi CCS, mengingat teknologi tersebut bisa mengurangi emisi karbondioksida,” ujar Redhata.
Oleh sebab itu, perusahaan masih membutuhkan waktu untuk melakukan studi lebih dalam terkait pengembangan teknologi CCS guna mengetahui jumlah volume gas yang akan menjadi flare.
Dia menuturkan pihaknya juga terus melakukan koordinasi dengan tim terkait seberapa cocok teknologi CCS bisa diterapkan di wilayah kerja mereka.