Kementerian ESDM akan Bangun Pabrik LPG Berkapasitas hingga 2 Juta Ton
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana membangun pabrik produksi liquified petroleum gas (LPG). Pabrik ini akan memanfaatkan potensi bahan baku LPG dari gas unsur propana (C3) dan butana (C4).
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, kapasitas pabrik ini bisa mencapai 1,5 hingga 2 juta ton. Bahkan, rencana pembangunan pabrik LPG ini masuk dalam program kerja 100 hari pertama Menteri ESDM Kabinet Merah Putih di pemerintahan Prabowo Subianto.
“Kami bersama SKK Migas baru mengidentifikasi sumur-sumur gas Indonesia yang tersebar di beberapa wilayah itu memiliki kandungan C3 dan C4. Kami akan mematangkan rencana ini di November dan Desember 2024. Pada Januari 2024 akan dibahas terkait investasi, akan dilakukan oleh siapa dan kapan,” kata Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM pada Kamis (14/11).
Selain itu, Kementerian ESDM juga akan membuka peluang semua pihak untuk terlibat pembangunan pabrik LPG, dari Pertamina ataupun perusahaan swasta. “Kami akan buat terbuka, supaya ada kompetitif,” ujarnya.
Kemampuan Produksi LPG Masih Kurang
Bahlil menjelaskan alasan pembangunan pabrik ini didasari oleh besarnya subsidi LPG yang mencapai Rp 83 triliun. Karena total konsumsi LPG mencapai 8 juta ton per tahun, namun kemampuan produksi dalam negeri hanya mencapai 1,9 juta ton dan sisanya dipenuhi melalui impor.
Tercatat impor LPG Indonesia mencapai 6,95 juta metrik ton atau meningkat 3,14% dibandingkan 2022 yang hanya sebesar 6,73 juta metrik ton. Sebelumnya, SKK Migas melaporkan bahwa Indonesia memiliki sejumlah lapangan migas yang mengandung potensi LPG.
“Ada 15 lapangan potensial, terdiri atas tujuh lapangan prioritas dan delapan lapangan lainnya,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (29/8).
Dwi menyebutkan potensi LPG yang terdapat di 15 lapangan migas dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun dia tidak merinci 15 lokasi lapangan tersebut berada di masa saja.
Dia hanya mengungkapkan, bahwa dua lapangan migas memiliki potensi paling besar. “Tapi potensi yang paling besar adalah di East Kalimantan dan Senoro,” ujarnya