Target Rampung Akhir 2023, Progres Smelter Tembaga Freeport Capai 82%
PT Freeport Indonesia terus mengejar target pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga Manyar di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia Katri Krisnati mengatakan pada akhir September 2023 pembangunan smelter tembaga di Gresik ini sudah menyentuh angka 79%. “Target akhir Oktober mencapai 81,6%,” ujarnya saat dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (7/11).
Pemerintah telah memberikan tenggat waktu penyelesaian proyek ini pada Desember 2023. Terkait tenggat waktu ini, Freeport membenarkan bahwa konstruksi fisik ditargetkan selesai akhir tahun ini.
Tenggat waktu tersebut tercantum di dalam Izin Usaha pertambangan Khusus (IUPK) Freeport yang tertulis bahwa jangka waktu penyelesaian Smelter Gresik paling lambat 5 tahun sejak IUPK itu diterbitkan pada Desember 2018.
Berdasarkan data perkembangan tiga bulan terakhir, progress pembangunan smelter Gresik ini bertambah di bawah 5% setiap bulannya. Merinci keterangan Freeport, pada akhir Agustus lalu pembangunan smelter sudah mencapai 75%. Lalu pada akhir September bertambah menjadi 79%, dan akhir Oktober mencapai 81,6%.
Menurut data Freeport, hingga September lalu dana investasi yang sudah ditanamkan untuk proyek pembangunan smelter tembaga ini mencapai US$ 2,7 miliar atau Rp 40,5 triliun.
Smelter Manyar akan menjadi smelter dengan sistem satu jalur atau single line terbesar di dunia, yang menjadi salah satu ujung tombak kebijakan hilirisasi yang dicanangkan pemerintah. Smelter baru Freeport ini juga akan menjadi bagian penting dari ekosistem kendaraan listrik yang sedang dikembangkan di Indonesia.
Smelter dengan nilai proyek Rp 45,06 triliun ini memiliki kapasitas 1,7 juta dry metric ton (dmt) ketika beroperasi penuh. Dari kapasitas tersebut, smelter ini dapat menghasilkan 600 ribu ton katoda tembaga per tahun, 6.000 ton emas dan perak murni batangan dalam satu tahun.
Smelter Manyar juga bisa memproduksi 1,5 juta ton asam sulfat per tahun, 1,3 juta ton kerak tembaga per tahun, hingga 150 ribu ton gipsum per tahun.
Pembangunan smelter anyar tersebut mundur selama setahun, seiring adanya hambatan Pandemi Covid-19 yang menimpa Indonesia dalam dua tahun terakhir.
"Pandemi Covid-19 terjadi, sehingga kami mengajukan perpanjangan kepada pemerintah akibat keadaan kahar yang menjadi keterlambatan selama 1 tahun," kata Tony beberapa waktu lalu dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Senin (27/3).