Harga Minyak Anjlok 5% Akibat Data Ekonomi AS dan Cina
Harga minyak dunia turun sekitar 5% pada hari Kamis (16/11) ke level terendah dalam empat bulan terakhir. Investor kini khawatir dengan kondisi permintaan minyak global setelah data ekonomi yang lemah dari Amerika Serikat dan Cina.
Kontrak berjangka Brent turun US$ 3,76 atau 4,6% menjadi US$ 77,42 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 3,76 atau 4,9% menjadi US$ 72,90. Baik Brent maupun WTI sebelumnya diperdagangkan pada level terendah mereka sejak 7 Juli, masing-masing di US$ 76,60 dan US$ 72,16.
"Sentimen negatif, grafiknya negatif," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group, dikutip dari Reuters. "Butuh sesuatu untuk mengubah sentimen dan sampai saat itu terjadi orang akan terus menurunkannya (harga minyak)."
Jumlah warga AS yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran baru meningkat menjadi level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Ini menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja terus memburuk.
Laporan tersebut datang setelah data lain menunjukkan penurunan penjualan ritel AS untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan karena pembelian kendaraan bermotor dan pengeluaran untuk hobi turun. Hal ini menunjukkan permintaan melambat di awal kuartal keempat dan lebih memperkuat harapan bank sentral The Federal Reserve (The Fed) telah selesai menaikkan suku bunga.
Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) telah memprediksi ketatnya pasokan pada kuartal keempat tahun ini. Namun, data energi AS pada hari Rabu lalu menunjukkan persediaan minyaknya melimpah.
Penurunan harga minyak mentah juga karena kondisi kapasitas pemurnian minyak Cina. Produksinya turun pada Oktober dari puncak bulan sebelumnya karena permintaan bahan bakar industri melemah dan marjin pemurnian menyempit.
Namun, aktivitas ekonomi Tiongkok bangkit pada bulan lalu. Hal ini terlihat dari produksi industri meningkat dengan laju yang lebih cepat dan pertumbuhan penjualan ritel melampaui ekspektasi.
Harga minyak juga terpengaruh kondisi di Timur Tengah. Konflik Israel-Hamas terus memanas di Gaza. Pejabat AS pada hari Rabu lalu mengatakan akan memberlakukan sanksi minyak terhadap Iran, yang telah lama menjadi pendukung Hamas.