HOP di Atas 20 Hari, PLN Pastikan Momen Nataru Tak Ada Blackout
Pemerintah menyiagakan persiapan momen Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru) di segala lini, termasuk sektor kelistrikan. PT PLN memastikan saat momen Nataru ini listrik dalam keadaan andal.
“Dari sisi pembangkit, saya memastikan hari operasi setiap pembangkit PLN harus aman di atas 20 hari,” kata Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo saat Apel Kesiagaan di Kantor Pusat PLN pada Rabu (20/12).
Dalam apel tersebut juga disebutkan bahwa prediksi beban puncak Nataru terjadi pada 25 Desember 2023 mencapai 43.563 megawatt (MW) dan daya pasoknya sebanyak 56.618 MW untuk seluruh wilayah Indonesia.
“Kami harus mampu membuktikan adanya zero mistakes, zero tolerance, zero blackout apapun tantangannya harus bisa kita selesaikan,” ujar Darmawan.
Darmo menyebut telah memastikan bahwa pasokan gas dan bahan bakar minyak (BBM) selama Nataru ini aman, sehingga setiap pembangkit listrik dalam keadaan siap beroperasi dan kelistrikan tidak terganggu.
Darmo menyampaikan bahwa selama Nataru ini tidak ada maintenance maupun manuver kelistrikan di seluruh lini operasi. “Tetapi kalau ada kondisi yang memaksa harus dilakukan manuver, maka silahkan melapor pada tim untuk dieskalasi ke atas, agar semuanya bersiap secara preventif, dan manuver ini jangan dilakukan jam 8 malam,” jelas dia.
Dia juga meminta seluruh tim untuk memonitor setiap waktu agar penanganan tantangan atau gangguan dapat diselesaikan dengan cepat. “Apapun gangguan yang terjadi di lapangan harus dieskalasi ke atas dalam waktu kurang dari 5 menit. Saya harus mendapat laporan di lapangan yang bersifat strategis,” kata dia.
Selain itu, dalam momentum Nataru PLN juga sudah menyiapkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sebanyak 624 unit di 411 lokasi. Hal ini untuk mendukung kelancaraan mobilisasi masyarakat yang menggunakan kendaraan listrik.
Di kesempatan yang sama, Darmo menyampaikan bahwa adanya penurunan daya sebanyak 700 Mw untuk listrik di Sulawesi bagian selatan akibat cuaca ekstrem dan el nino yang mengakibatkan ketinggian air danau berkurang. Sehingga pembangkit bertenaga air disana tidak dapat memproduksi listrik dengan maksimal.