Indonesia Timur Berpotensi Besar Penuhi Target Produksi Migas 2030
Pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada tahun 2030.
Untuk mewujudkannya, kawasan Indonesia timur menjadi salah satu wilayah yang diandalkan untuk berkontribusi besar dalam pemenuhan target produksi minyak dan gas bumi (migas) tersebut.
Apalagi, target tersebut perlu diakui sangat menantang dan berat lantaran sebagian besar lapangan migas sudah mature sehingga produksinya turun secara alamiah. Namun di sisi lain, penemuan-penemuan besar sumber migas banyak didapatkan di Indonesia timur.
Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) wilayah Papua dan Maluku (Pamalu), Galih W Agusetiawan mengatakan bahwa pihaknya terus memperkuat kolaborasi dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam memproduksi migas.
Galih menyebut, hingga saat ini, wilayah Papua dan Maluku berkontribusi sekitar 2% untuk produksi minyak dari total produski nasional. Sementara untuk gas bumi sekitar 20% dari total produksi nasional.
Ia menambahkan bahwa kawasan Indonesia Timur memiliki potensi yang besar untuk memenuhi target produksi migas 2030. Sebab di kawasan ini terdapat 16 Wilayah Kerja (WK) migas dari total 171 WK di Indonesia.
Menurutnya, dari sebanyak 16 WK migas tersebut, wilayah Pamalu memiliki potensi migas terbesar dibanding wilayah lainnya. Adapun dari 66,7% Proyek Strategis Nasional (PSN) di sektor hulu migas di wilayah Indonesia timur, sebanyak 50% berada di Papua Barat dan 16,7% di Maluku.
“Kami berharap melihat potensi tersebut, investor migas akan tertarik untuk mengeksplor hulu migas di kawasan Indonesia timur,” ujarnya dalam kegiatan Kampanye Media Indonesia Timur, dikutip Jumat (22/12).
Meski demikian, Galih mengakui adanya tantangan dalam upaya meningkatkan produksi migas di kawasan Indonesia timur, yaitu perizinan yang belum satu pintu dan infrastruktur yang belum memadai. Untuk itu, pihaknya terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah untuk mencari solusi terbaik agar investor migas bersedia untuk mengeksplor wilayah Indonesia timur.
Sementara Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti mengatakan, kawasan Indonesia timur merupakan tumpuan harapan bagi industri hulu migas Tanah Air dalam mencapai target produksi migas 2030. Yaitu 1 juta barel per hari dan 12 miliar kaki kubik gas bumi per hari.
Menurutnya, keberadaan KKKS di wilayah Indonesia timur menjadi penting dalam mendukung pemenuhan target produksi migas di 2030.
“Kami berharap masih ada investor maupun KKKS yang mau mengeksplorasi wilayah Indonesia timur, yang memiliki potensi migas yang cukup menjanjikan,” kata dia.
Shinta menyebutkan, dalam era transisi energi saat ini, gas memainkan peranan yang semakin penting. Sebab gas tidak hanya menjadi sumber energi dan penerimaan negara, tetapi juga sebagai sumber bahan baku industri dan multiplier effect yang dikontribusikan.
“Untuk itu, kami sangat berharap agar kontribusi yang diberikan oleh KKKS dapat semakin ditingkatkan guna memberikan dampak positif yang besar kepada masyarakat Indonesia dan khususnya bagi masyarakat di Papua,” ujar Shinta.
Adapun, salah satu produksi migas di Indonesia timur disumbang dari kontraktor Petrogas (Basin) Ltd. Untuk itu, dia berharap agar KKKS Petrogas Basin Ltd dapat lebih meningkatkan kinerja yang optimal sehingga dapat mencapai target yang ditetapkan pada 2024.
“Apresiasi Petrogas dalam mempertahankan produksi di 2023, termasuk Petrogas sedikit dari company yang beralih ke gross split dan kenaikan produksinya. Kita tahu banyak sekali tantangan yang dihadapi Petrogas dan tidak mudah, kondisi lapangan, infrastruktur, bahkan Petrogas berhasil melakukan efisiensi dalam opersionalnya hingga 33%,” ucapnya.
Shinta menyebutkan, untuk mendukung eksplorasi dan produksi gas, perlu adanya hilirisasi industri di Indonesia timur, khususnya Papua, sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan menjaga keberlanjutan hulu migas di era transisi energi.
Dengan adanya hilirisasi baik dari industri maupun pembangkit listrik, maka daya serap gas yang saat ini tengah terus digenjot oleh KKKS seperti Petrogas dapat semakin meningkat.
“Kami harapkan ke depan juga akan dibangun infrastruktur untuk menyalurkan gas tersebut baik ke industri, pembangkit listrik maupun masyarakat,” kata dia.