OPEC Ramal Permintaan Minyak Bangkit Tahun ini, Tumbuh 2,25 Juta Bph
OPEC memprediksi pertumbuhan permintaan minyak global yang relatif kuat tahun ini. Bangkitnya permintaan akan berlanjut ke 2025, yang dipimpin oleh Cina dan Timur Tengah.
Bahkan OPEC memperkirakan permintaan dan konsumsi minyak akan terus meningkat selama dua dekade ke depan, berbeda dengan pandangan Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) yang memperkirakan konsumsi akan memuncak pada 2030, kemudian terus turun.
Proyeksi IEA dipengaruhi oleh terus berkembangnya energi baru terbarukan yang lebih bersih, dan sejumlah negara di dunia mulai meninggalkan bahan bakar fosil.
Dalam laporan bulanannya OPEC menyebutkan permintaan minyak dunia akan meningkat 1,85 juta barel per hari (bph) pada 2025 menjadi 106,21 juta bph. Sedangkan untuk tahun ini OPEC memperkirakan pertumbuhan permintaan sebesar 2,25 juta bph.
Namun, harga minyak mengawali tahun ini dengan lemah karena ketidakpastian di pasar mengenai permintaan telah mengimbangi dampak babak baru pengurangan pasokan oleh OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.
Minyak mentah Brent pada hari Rabu (17/1) diperdagangkan sekitar US$ 77 per barel, turun hampir 2% dibandingkan sesi perdagangan sehari sebelumnya.
OPEC mengeluarkan proyeksinya ini bersamaan dengan pernyataan Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais bahwa permintaan minyak mendekati puncaknya. Ia juga mengulangi seruannya kepada anggota-anggota OPEC untuk melanjutkan investasi industri minyak.
“Yang jelas adalah puncak permintaan minyak tidak muncul dalam perkiraan jangka pendek dan menengah yang dapat diandalkan dan kuat,” katanya. “Merupakan sebuah tantangan untuk melihat puncak permintaan minyak pada akhir dekade ini, hanya enam tahun lagi.”
Pada tahun 2025, OPEC mengantisipasi peningkatan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,8% dari 2,6% tahun ini yang sebagian disebabkan oleh penurunan suku bunga. Cina , Timur Tengah dan India akan mendorong peningkatan konsumsi minyak, kata OPEC.
Untuk tahun ini, ekspektasi OPEC terhadap pertumbuhan permintaan minyak jauh lebih besar dibandingkan ekspansi sebesar 1,1 juta barel per hari yang sejauh ini diperkirakan oleh IEA. IEA, yang mewakili negara-negara industri, dijadwalkan memperbarui perkiraannya pada hari Kamis.
Menurut IEA, pertumbuhan permintaan minyak global akan berkurang setengahnya pada tahun 2024 sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi di negara-negara besar yang berada di bawah tren, peningkatan efisiensi, dan booming armada kendaraan listrik.
Terlepas dari perbedaan pandangan mereka mengenai permintaan, OPEC dan IEA juga berselisih mengenai perlunya investasi dalam pasokan minyak baru. IEA mengatakan berakhirnya era pertumbuhan bahan bakar fosil melemahkan alasan peningkatan investasi.
OPEC dan aliansi OPEC+ yang lebih luas telah menerapkan serangkaian pengurangan produksi sejak akhir tahun 2022 untuk mendukung pasar. Pemotongan baru untuk kuartal pertama mulai berlaku bulan ini.
Namun laporan tersebut mencatat produksi minyak OPEC sedikit meningkat pada bulan Desember, sebesar 73.000 barel per hari menjadi 26,70 juta barel per hari, dipimpin oleh Nigeria, salah satu anggota yang telah pulih dari tantangan internal yang membatasi produksi.
OPEC menyesuaikan angka produksinya lebih rendah untuk mencerminkan keluarnya Angola dari kelompok Angola, yang diumumkan oleh Luanda bulan lalu dan mengatakan bahwa, pada bulan Desember, produksi minyak mentahnya mencapai 26,5% dari pasar minyak dunia.
Pangsa pasarnya telah menurun dari 33% pada tahun 2017, menurut perhitungan Reuters berdasarkan angka OPEC, sebagai akibat dari penurunan produksi berturut-turut dan keluarnya beberapa anggota, meskipun beberapa produsen kecil lainnya bergabung.
Namun, delegasi OPEC meremehkan masalah pangsa pasar, dengan alasan bahwa pertumbuhan pasokan non-OPEC akan melambat dan pangsa pasar anggota akan pulih seiring berjalannya waktu.