Jaga Investasi Asing, Vietnam Genjot Impor Batu Bara Dua Kali Lipat
Impor batu bara Vietnam sepanjang tahun ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada 2023. Hal ini seiring upaya pemerintah untuk meyakinkan investor asing bahwa pabrik-pabrik tidak akan kembai mengalami kekurangan listrik seperti tahun lalu.
Vietnam menjadi rumah dari pabrik-pabrik perusahaan besar dunia seperti Samsung Electronics dari Korea Selatan, Foxconn dari Taiwan, Canon dari Jepang.
Negara ini menghadapi tekanan yang semakin besar seteal gagal menjamin pasokan listrik yang berkelanjutan selama gelombang panas yang berkepanjangan pada musim panas tahun lalu. Hal ini membuat beberapa pabrik terpaksa menghentikan sementara produksinya.
Dalam pertemuan dengan investor asing pekan lalu, Perdana Menteri Pham Minh Chinh berjanji tidak akan ada lagi kekurangan listrik. Dua pejabat asing yang menolak disebut namanya mengatakan bahwa komitmen Chinh meyakinkan namun tidak jelas langkah-langkah untuk mencapainya.
“Terbatasnya kapasitas Vietnam dalam menggunakan energi terbarukan dan komitmen untuk menghindari pemadaman listrik menjadikannya penting untuk mengimpor lebih banyak batu bara,” kata peneliti dari lembaga pemikir ISEAS, Phan Xuan Dung, seperti dikutip Reuters, Selasa (26/3).
Menurut data bea cukai, impor batu bara Vietnam yang sebagian besar dari Australia dan Indonesia, naik sekitar 88% pada 15 Maret dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam dua bulan pertama tahun ini, produksi tambang dalam negeri Vietnam juga meningkat sebesar 3,3%, yang biasanya memenuhi sekitar setengah dari permintaan Vietnam, menurut perkiraan resmi.
Hal ini terjadi setelah Vietnam meningkatkan impor batu bara sebesar 61% pada tahun lalu karena pembangkit listrik tenaga batu bara kembali berproduksi secara penuh, sejalan dengan meningkatnya penggunaan oleh Indonesia, Malaysia, dan negara-negara lain di kawasan.
“Impor batu bara diproyeksikan akan meningkat lebih lanjut pada paruh kedua tahun ini,” kata seorang pedagang yang berbasis di Vietnam, ketika pembuat baja dan industri padat energi lainnya diperkirakan akan meningkatkan produksi.
Belum ada rincian mengenai pembangkit listrik untuk tahun ini, namun pada Senin (25/3) pembangkit listrik tenaga uap batu bara menyumbang sekitar 60% dari total produksi Vietnam..
Kombinasi impor dan produksi domestik menunjukkan pasokan batubara melebihi 8 juta metrik ton per bulan pada periode Januari-Februari yang biasanya lebih sepi, hampir 9% lebih tinggi dibandingkan rata-rata bulanan selama dua tahun terakhir.
Krisis Listrik
Vietnam, yang merupakan salah satu dari 20 pengguna batu bara terbesar di dunia berdasarkan volume, ingin mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar ini namun masih memperkirakan puncak penggunaan tidak akan tercapai pada dekade ini.
Karena rencana untuk meningkatkan energi terbarukan dan gas mengalami penundaan, pemerintah ingin menyelesaikan jalur transmisi pada bulan Juni untuk menyalurkan listrik dari pusat negara ke wilayah industri di bagian utara.
Di sinilah pemadaman listrik akibat panas terjadi tahun lalu dan pola cuaca El Nino meningkatkan risiko pemadaman listrik tahun ini. Pemerintah juga sedang menyusun peraturan baru yang memungkinkan pabrik membeli listrik langsung dari produsen.
Investor asing, yang menjadi andalan perekonomian Vietnam, menuntut tindakan cepat. Perusahaan semikonduktor menunda keputusan investasi karena risiko pasokan listrik, kata kamar dagang Korea Selatan di Vietnam dalam sebuah makalah yang diterbitkan minggu lalu.
Dalam makalah terpisah minggu lalu, Kamar Dagang Amerika meminta pemerintah Vietnam untuk meringankan persetujuan proyek-proyek energi guna memenuhi permintaan listrik yang meningkat.
“Jika tidak, menarik perusahaan manufaktur berteknologi tinggi dan tujuan-tujuan penting lainnya ke negara itu akan sulit dicapai,” kata kelompok bisnis AS.