Krisis BBM Landa Nigeria meski Produsen Minyak Besar Anggota OPEC
Nigeria tengah dilanda krisis bahan bakar. Warga harus mengantri berjam-jam untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM). Padahal Nigeria merupakan salah satu anggota organisasi negara-negara pengekspor minyak atau OPEC.
Washington Post melaporkan bahwa krisis ini disebabkan kelangkaan bahan bakar akibat buruknya kinerja kilang-kilang minyak di negara itu. Sehingga, Nigeria masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan BBM-nya.
Separuh jalan di Abuja dan Lagos dipenuhi kemacetan lalu lintas oleh berbagai jenis kendaraan yang parkir di sekitar SPBU untuk ancang-ancang membeli BBM lebih awal. Antrian pembelian BBM pada SPBU disana memanjang hingga tiga kilometer, yang terjadi di beberapa kota besar termasuk ibu kota Nigeria, Abuja.
"Saya belum melakukan apa-apa hari ini sejak pagi, karena bagaimana Anda akan bekerja jika tidak ada bahan bakar?" kata sopir taksi di Abuja, Farouk Ibrahim, seperti dikutip dari Washington Post, pada Kamis (2/5).
Farouk mengatakan dalam kondisi saat ini, kekhawatiran terbesarnya adalah bagaimana cara mendapatkan uang untuk makan keluarganya pada esok hari. "Tidak ada bahan bakar, tidak ada lampu, bahkan untuk makan pun menjadi masalah," ujarnya.
Akibat kelangkaan ini, harga BBM juga ikut melambung. Di Abuja, harga BBM di banyak SPBU telah melonjak lebih dari 15% dari harga normal 675 naira (sekitar Rp 7.800) per liter menjadi 776.25 naira (Rp 9.050) per liter.
Kenaikan harga ini bervariasi di kota-kota lain di Nigeria. Reuters melaporkan bahwa harga BBM di Lagos dan Abuja mencapai 850 naira atau sekitar Rp 9.900 per liter, sementara di kota lainnya seperti Kano mencapai 1.000 naira atau Rp 11.600 per liter.
Seiring naiknya harga BBM, biaya transportasi ikut melonjak di negara Afrika Barat ini, padahal masyarakat disana mengandalkan transportasi umum. Pemerintah setempat menyalahkan kelangkaan ini pada gangguan pasokan dan logistik.
Salah Satu Anggota OPEC
Nigeria adalah salah satu produsen minyak mentah terbesar di Afrika dan anggota dari OPEC. Pada 2022, produksi minyak negara ini mencapai 1,138 juta barel per hari, terbesar ke-6 di antara 12 negara anggota OPEC.
Meski begitu produksi minyak Nigeria turun signifikan dalam 10 tahun terakhir. Mengutip data OPEC, produksi turun dari mendekati 2 juta bph, tepatnya 1,954 juta bph, pada 2012, menjadi hanya 1,138 juta bph.
Masalah kekurangan bahan bakar sudah dianggap menjadi hal yang biasa di Nigeria. Selain akibat turunnya produksi minyak mentah, krisis juga disebabkan kinerja kilang-kilang di sana yang begitu buruk, sehingga membuat negara ini sangat bergantung pada bahan bakar impor.
Meski begitu, negara ini masih berharap pada kilang terbesar Afrika yang baru saja dibuka di Lagos, Nigeria. Kilang yang dibangun di pusat ekonomi Nigeria ini diharapkan dapat meningkatkan penyulingan. Akan tetapi, kilang milik swasta ini hanya mampu memproduksi solar dan avtur hingga saat ini.
Daftar produksi minyak negara anggota OPEC pada 2022:
- Arab Saudi: 10,59 juta bph
- Irak: 4,45 juta bph
- Uni Emirat Arab: 3,06 juta bph
- Kuwait: 2,71 juta bph
- Iran: 2,55 juta bph
- Nigeria: 1,14 juta bph
- Angola: 1,14 juta bph
- Aljazair: 1,02 juta bph
- Libya: 981 ribu bph
- Venezuela: 716 ribu bph
- Kongo: 262 ribu bph
- Gabon: 191 ribu bph