Shell Jual Seluruh Aset Hilir Migas di Afsel dan Kelistrikan di Cina
Raksasa migas Inggris, Shell Plc., menyatakan akan mendivestasikan seluruh aset bisnis hilirnya di Afrika Selatan. Langkah ini dilakukan usai tinjauan (review) menyeluruh terhadap seluruh portofolio bisnis Shell di dunia.
“Sebagai hasil dari tinjauan ini, Shell telah memutuskan untuk membentuk kembali portofolio hilirnya dan bermaksud untuk mendivestasi kepemilikan saham kami di Shell Downstream SA. Keputusan ini tidak dianggap enteng,” kata pernyataan Shell dikutip dari Reuters, Senin (13/5).
Shell Downstream SA (SDSA) dibentuk setelah Shell Afrika Selatan dan perusahaan pemberdayaan kulit hitam, Thebe Investment Corporation, sepakat satu dekade lalu untuk menggabungkan bisnis Shell South Africa Marketing dan Shell South Refining. Thebe memegang 28% saham.
Shell, yang telah hadir di Afrika Selatan selama lebih dari satu abad, masih melakukan eksplorasi di wilayah lepas pantai negara tersebut, sehingga mendapat tentangan dari para penggiat lingkungan hidup yang telah mengajukan tuntutan ke pengadilan.
Selama proses divestasi, Shell mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya akan berupaya mempertahankan kemampuan operasi SDSA dan mempertahankan kehadiran mereknya.
Salah satu aset utama SDSA dan kilang terbesar di Afrika Selatan, Sapref, di kota pelabuhan pantai timur Durban belum beroperasi sejak 2022 ketika Shell dan mitra usaha patungan kilangnya, BP, memutuskan untuk membekukan menghentikan operasi kilang.
Banjir di sepanjang pantai yang menewaskan hampir 400 orang pada tahun yang sama menyebabkan kerusakan parah pada pabrik tersebut, yang pada saat itu berkontribusi terhadap sekitar 35% kapasitas penyulingan di Afrika Selatan.
South Africa's Central Energy Fund mengatakan dua tahun lalu bahwa mereka tertarik pada Sapref, yang memiliki kapasitas sebesar 180.000 barel per hari (bph), karena perusahaan tersebut berupaya mengatasi masalah keamanan energi.
Seorang pejabat energi Afrika Selatan, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan CEF telah menandatangani perjanjian kerahasiaan dengan pihak-pihak yang terlibat dan oleh karena itu tidak dapat berkomentar.
Afrika Selatan adalah importir produk minyak olahan, sebuah tantangan yang semakin buruk sejak penutupan Sapref dan kilang terbesar kedua di negara itu, Enref, yang juga berada di Durban.
Sebagai bagian dari tinjauan menyeluruh portofolio bisnisnya, Shell sebelumnya juga telah memutuskan untuk menutup 1.000 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di seluruh dunia dan fokus pada pengembangan stasiun pengisian daya mobil listrik.
Hal ini termasuk penutupan seluruh SPBU di Medan, Indonesia, dan rencana penjualan jaringan SPBU Shell di Malaysia kepada Saudi Aramco senilai sekitar Rp 16 triliun. Juga penjualan aset kilang minyak dan petrokimia di Singapura kepada perusahaan patungan Chandra Asri Group dan Glencore.
Sebelumnya Shell juga memutuskan untuk keluar dari bisnis tenaga listrik di Cina, termasuk sektor pembangkitan listrik, perdagangan, dan pemasaran yang berlaku efektif mulai akhir 2023.
“Kami berinvestasi secara selektif pada bidang ketenagalistrikan dengan fokus untuk memberikan nilai dari portofolo ketenagalistrikan kami. Kami akan bekerja sama dengan mitra dan pelanggan kami untuk berkontribusi pada transisi energi Cina,” kata Shell dalam sebuah pernyataan.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk memprioritaskan usaha yang lebih menguntungkan, khususnya di sektor gas alam dan minyak.
Shell Energy China adalah salah satu anak perusahaan Shell pertama yang berpartisipasi aktif dalam pasar perdagangan energi dan emisi karbon di Cina.