Cerita Luhut soal Jokowi Terima Banyak Tekanan Saat Putuskan Larang Ekspor Nikel
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menceritakan bagaimana Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima banyak tekanan ketika akan menerapkan kebijakan larangan ekspor bijih nikel pada awal 2020.
“Baru kemarin beliau cerita, banyak sekali tekanan-tekanan pada Pak Jokowi untuk tidak melarang ekspor. Tapi akhirnya beliau memutuskan untuk melarang,” kata Luhut melalui akun instagram miliknya @luhut.pandjaitan pada Jumat (9/8).
Dia menyampaikan, sebelum keputusan tersebut dibuat, Jokowi sempat menimbang-nimbang. Namun pada akhirnya Jokowi tetap memutuskan untuk melarang ekspor tersebut meskipun harus kehilangan pemasukan negara dari ekspor bijih nikel senilai US$ 1,5 miliar.
“Dan saya senang sekali, melihat Pak Jokowi dan saya akhirnya memutuskan, "ya kita larang",” ujarnya.
Luhut yakin, kehilangan pendapatan ekspor nikel mentah ini dapat ditebus dalam beberapa tahun ke depan. “Tapi sekarang buahnya dapat terlihat. Kita disegani, dihormati, dan teknologi kita tambah bagus, dan ekspor kita akan meningkat,” ucapnya.
Luhut juga bangga akan datangnya gugatan larangan nikel hingga ke WTO. Menurutnya, ini menandakan kebijakan larangan ini memberikan efek yang jauh lebih besar dari apa yang dia perkirakan.
“Saya terharu kemarin dengan Pak Jokowi, dua bulan lagi pensiun. Di ujung pensiun beliau, inilah persembahkan beliau, dan saya kira akan diingat orang Indonesia beberapa dekade ke depan. Beliau menurut akan landasan untuk kita jadi negara industri,” ucapnya.
Sebelumnya, Luhut menyebut dampak dari keputusan larangan ekspor nikel sejak 2020 mampu menciptakan kepercayaan diri bangsa dihormati sebagai negara besar dengan karakter yang kuat dan dapat membuat keputusan tegas.
Menurut Luhut, Indonesia tidak lagi dianggap enteng oleh negara lain karena keberhasilan hilirisasi dan pengembangan ekosistem baterai dan mobil listrik. Dia juga menambahkan bahwa kini Indonesia punya kredibilitas dan kepercayaan sebagai magnet menjaring investor.
"Kita tidak dapat bersaing dengan negara tetangga hanya mengandalkan insentif, tapi kredibilitas dan kepercayaan jadi faktor kunci yang harus dipertahankan," ujarnya dalam acara peresmian pabrik anoda di Kendal, beberapa waktu lalu.
Ia menekankan pentingnya menjaga kredibilitas yang telah dibangun oleh Jokowi selama 10 tahun terakhir. Luhut ingin memastikan bahwa warisan dan pencapaian kepemimpinan Jokowi tetap diteruskan dengan baik setelah masa jabatannya berakhir.
"Tidak ada orang anggap enteng lagi Indonesia, bahwa Indonesia bisa diatur. Indonesia adalah negara besar, negara yang punya karakter," katanya.
Setelah mengakhiri sesi pidato sambutannya, Luhut turun dari podium. Di tengah jalan menuju ke tempat duduk, Luhut menyempatkan diri untuk memberikan hormat sikap sempurna kepada Jokowi.
"Sekali lagi rasa hormat kepada Bapak Presiden karena bapak telah memimpin kami, tidak dari saya sendiri selama 10 tahun," kata Luhut kepada Jokowi.