Pangkas Impor, Pemerintah akan Dorong Produksi LPG Jadi 3,5 Juta Ton per Tahun
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM akan mendorong kenaikan produksi liquified petroleum gas atau LPG sebanyak 1,5 juta ton sehingga menjadi 3,5 juta ton per tahun sebelum 2029. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi volume impor LPG sekitar 6 juta ton per tahun.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mencatat kebutuhan LPG nasional mencapai 8,9 juta ton per tahun, sedangkan kapasitas produksi LPG di dalam negeri hanya sekitar 2 juta ton per tahun.
"Dalam gas alam ada komponen untuk memproduksi LPG, yakni propana dan butana yang berkisar antara 3% sampai 4%. Komponen itu akan kami ambil dan diubah menjadi LPG di dalam negeri," kata Dadan dalam Katadata Indonesia Policy Dialogue, Rabu (11/12).
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya erencana membangun pabrik produksi LPG dengan kapasitas hingga 2 juta ton. Langkah tersebut masuk dalam program kerja 100 hari pertama Menteri ESDM Kabinet Merah Putih di pemerintahan Prabowo Subianto.
Bahlil mengaku akan membuka peluang semua pihak untuk terlibat pembangunan pabrik LPG, dari Pertamina ataupun perusahaan swasta. “Kami akan buat terbuka, supaya ada kompetitif,” ujarnya.
Bahlil menjelaskan alasan pembangunan pabrik ini didasari oleh besarnya subsidi LPG yang mencapai Rp 83 triliun. Karena total konsumsi LPG mencapai 8 juta ton per tahun, namun kemampuan produksi dalam negeri hanya mencapai 1,9 juta ton dan sisanya dipenuhi melalui impor.
Guna memastikan harga LPG yang lebih murah, Bahlil akan mendorong kerja sama antara SKK Migas, Pertamina dan Kementerian ESDM. Namun, dia akan secara khusus mengajak Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati untuk duduk bersama.
“Jangan selisih harganya sampai US$ 50 atau US$60. Itu berarti memberikan peluang impor yang masuk terlalu banyak,” katanya.
Pertamina memasok 69% kebutuhan minyak dan 34% kebutuhan gas domestik. Adapun impor LPG Indonesia mencapai 6,95 juta metrik ton atau meningkat 3,14% dibandingkan 2022 yang hanya sebesar 6,73 juta metrik ton.
Di sisi lain, SKK Migas sebelumnya melaporkan bahwa Indonesia memiliki sejumlah lapangan migas yang mengandung potensi LPG. “Ada 15 lapangan potensial, terdiri atas tujuh lapangan prioritas dan delapan lapangan lainnya,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (29/8).