Rencana Pengembangan Blok Masela Terus Molor, Konsensi Inpex Terancam Dicabut


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia meminta Inpex segera memulai pekerjaan ke arah produksi pada tahun ini. Ia mengancam akan mencabut konsesi Blok Masela yang kini dipegang oleh investor asal Jepang, Inpex jika tak kunjung berprogres.
Bahlil mencatat, Inpex telah memegang konsesi Blok Masela sejak 1998 atau 26 tahun tetapi belum menerbitkan rencana pengembangan lapangan migas atau POD. Menurutnya, ancaman tersebut juga akan dilayangkan kepada investor yang telah selesai melakukan eksplorasi pada 300 sumur migas.
"Saya sudah bikin surat yang isinya kalau tahun ini tidak melakukan pekerjaan untuk produksi, ya mohon maaf, kami akan cabut konsesi. Kami akan mengevaluasi semua sumur migas untuk kebaikan investor, rakyat, bangsa, dan negara," kata Bahlil di BeritaSatu Outlook 2025, Kamis (30/1).
Bahlil berargumen langkah ini merupakan bagian dari pencapaian target produksi atau lifting minyak hingga 1 juta barel per hari pada 2029. Produksi minyak pada akhir tahun lalu hanya sekitar 600.000 barel per hari.
Ia mencatat, produksi minyak pada tahun lalu turun hingga 62,5% jika dibandingkan dengan capaian 1997 sebanyak 1,6 juta barel per hari. Padahal pada 1997, konsumsi minyak nasional hanya 600.000 barel per hari.
Saat ini, Bahlil mencatat konsumsi minyak nasional telah naik menjadi 1,6 juta barel per hari. Status Indonesia sebagai net eksportir pada 1998 telah berbalik menjadi net importir sebanyak 1 juta barel per hari pada tahun lalu.
Bahlil menilai, penyebab Indonesia menjadi pengimpor karena banyaknya sumur minyak pasif di dalam negeri yang mencapai sekitar 24.000 sumur. Selain itu, 16.000 sumur minyak yang masih berproduksi saat ini telah tua atau berusia sekitar 75 tahun.
Karena itu, Bahlil akan menggenjot 300 sumur yang telah menyelesaikan tahap eksplorasi untuk mulai produksi pada tahun ini. Pada saat yang sama, Bahlil berencana memaksimalkan produksi pada 16.000 sumur eksisting menggunakan teknologi pengurasan minyak tahap lanjut atau EOR.
"Kami akan lakukan evaluasi pada sumur-sumur yang telah selesai agar pengusaha tidak mengendalikan negara. Pada saat yang sama, negara tidak boleh zalim pada pengusaha," katanya.
Menteri Investasi Rosan P Roeslani sebelumnya mengatakan, Inpex Corporation sebagai operator sekaligus pemegang saham mayoritas Blok Masela bakal memulai proses perencanaan proyek awal. Selain itu, Inpex akan menetapkan keputusan final investasi atau final investment decision (FID) proyek gas Masela tahun ini.
“Inpex berharap proyek Masela segera jalan tahun depan. Proyek ini sudah sejak 2000 atau 20 tahun,” kata Rosan usai pertemuan tersebut, di Jakarta pada akhir tahun lalu.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM mencatat, cadangan gas yang tersimpan di perut bumi Masela 4 triliun kaki kubik. Ladang gas yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku ini mengandung gas hingga 27,9 juta kaki kubik, dengan estimasi produksi sekitar 9,5 juta ton gas alam cair per tahun dan 35.000 barel kondensat per hari.
Selain Inpex, PT Pertamina dan Petronas memiliki hak kelola masing-masing 20% dan 15%.