IBC Berubah Jadi New Energy Materials Invesment Holding, Ini Tugasnya

Ringkasan
- Ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi, namun BI akan memastikan nilai tukar rupiah tetap stabil dan cenderung menguat pada Februari 2025.
- Penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh aliran masuk modal asing, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang menarik, dan prospek ekonomi Indonesia yang baik.
- Untuk menjaga stabilitas rupiah, BI terus melakukan intervensi di pasar spot dan transaksi DNDF, serta memperbarui pertimbangan terkait kebijakan perdagangan global.

PT Indonesia Battery Corporation (IBC) resmi bertransformasi menjadi New Energy Materials Invesment Holding. Direktur Utama IBC Toto Nugroho menjelaskan tujuan perubahan ini untuk mengoptimalkan nilai tambah dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan.
“Terutama di MIND ID itu banyak sekali material yang bisa dioptimalkan,” ujar Toto dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR pada Senin (17/2).
Sebelumnya, IBC merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh sejumlah BUMN, di antaranya PT Antam, PT Inalum, PT Pertamina melalui PT Pertamina NRE atau PPI, serta PLN.
Transformasi ini dilakukan agar perusahaan tidak hanya berfokus pada komponen baterai, tetapi juga pada pemanfaatan critical raw materials yang tersedia.
“Bukan hanya komponen baterai, tetapi juga hal-hal terkait critical raw materials yang bisa dieksekusi,” ujarnya.
Langkah ini diperkuat oleh posisi para pemegang sahamnya yang memiliki peran strategis dalam industri tambang dan pengelolaan sumber daya alam, seperti nikel, kobalt, timah, batu bara, tembaga, emas, hingga bauksit.
Dengan demikian, IBC yang sebelumnya berfungsi sebagai project development company kini beralih menjadi investment holding untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan industri baterai.
Transformasi ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Pemegang Saham (PPS) oleh empat entitas pemilik saham IBC. Struktur baru dari holding ini terdiri atas dua sub-holding utama, yakni Battery Material dan IBC Downstream ‘OpCo’:
- Sub-holding Battery Material, yang membawahi perusahaan patungan untuk smelting-refinery, perkusor-katoda, recycling, dan produksi cell.
- Sub-holding IBC Downstream ‘OpCo’, yang mencakup GESITS, battery cell-to-pack, swap battery cabinet software, serta berbagai potensi hilirisasi lainnya.
“Jadi di situlah kunci bahwa BUMN sendiri merupakan salah satu produk pendorong yang bisa kami kerjakan untuk melakukan proses hilirisasi dari seluruh bahan-bahan yang ada di sini,” kata Toto.
Dengan perubahan ini, diharapkan IBC dapat lebih maksimal dalam mengembangkan ekosistem industri baterai serta meningkatkan nilai tambah sumber daya alam yang dimiliki Indonesia.