Menkeu sebut RI Buka Peluang Tingkatkan Impor LNG dari AS


Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Pemerintah Indonesia tengah mengupayakan peningkatan impor sejumlah komoditas strategis dari Amerika Serikat (AS), termasuk minyak, gas alam cair (LNG).
Dia menyampaikan meskipun Indonesia merupakan negara penghasil minyak dan gas, kapasitas produksinya masih belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melihat peluang untuk meningkatkan impor energi, khususnya LNG, dari AS.
“Jadi ini semua adalah area di mana kita tentu dapat melakukan outsourcing minyak dan gas dari AS, termasuk produk Boeing dan sebagainya. Ada juga beberapa komoditas serta produk manufaktur di mana kita dapat mempersempit, mengurangi, atau bahkan menghilangkan surplus ini,” kata Sri Mulyani dalam siaran pers, dikutip Senin (28/4).
Selain komoditas energi, Sri Mulyani juga menyebut soal rencana peningkatan impor untuk produk pertanian seperti gandum, kedelai, dan jagung.
Dia mengatakan hambatan perdagangan dan non-perdagangan saat ini menjadi fokus Pemerintah Indonesia. Secara berkelanjutan, Indonesia melakukan evaluasi terhadap berbagai hambatan perdagangan, baik tarif maupun non-tarif, guna menciptakan iklim perdagangan yang lebih terbuka dan efisien.
“Di sisi tarif, sebagian besar tarif Indonesia sebenarnya sangat rendah, tetapi kami akan selalu mengevaluasi dan melihat apakah ada area yang dapat kami tingkatkan di sisi tarif,” ujarnya.
Terkait hambatan non-tarif, Menkeu mengakui bahwa Indonesia masih memiliki sejumlah mekanisme yang kerap menjadi perhatian karena dianggap mencegah perdagangan.
“Baik dalam bentuk proses administrasi, misalnya dalam proses bea cukai saat mengimpor barang, atau dalam hal penilaian, prosedur perpajakan, atau karantina untuk produk pertanian,” ucapnya.
Lebih lanjut, Menkeu menyoroti pentingnya produk pertanian asal Amerika Serikat yang memiliki kontribusi besar terhadap ketahanan pangan Indonesia. Produk-produk tersebut meliputi gandum, kedelai, dan jagung yang juga dikonsumsi di Indonesia secara cukup signifikan.
“Kita mengimpor tidak hanya dari Amerika Serikat tetapi juga dari banyak negara lain. Jadi dalam konteks itu, kita selalu dapat membahas bagaimana kita dapat mempersempit kesenjangan dan menempatkan Amerika Serikat pada posisi yang lebih baik untuk menyediakan jenis produk pertanian ini,” katanya.
Impor LNG
Terkait impor LNG, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya mengatakan pemerintah saat ini belum berencana mengimpor LNG AS. Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan Indonesia ingin meningkatkan kemandirian produksi LNG dalam negeri.
“Jadi akan sangat bagus kalau kita produksi dan dimanfaatkan sendiri, meskipun perhitungan saat ini masih ada tantangan dari sisi suplai nasional,” kata Dadan saat ditemui di kantor BPH Migas, Jumat (11/4).
Dadan menyebut pemenuhan suplai LNG dalam negeri juga mempertimbangkan kontrak-kontrak penjualan LNG yang memang ditujukan untuk kebutuhan domestik. Selain itu, produksi LNG domestik juga sebagian ditujukan untuk ekspor dan sudah memiliki kontrak. Namun, dia mengakui bahwa saat ini ada peningkatan konsumsi LNG dalam negeri.
“Tiga bulan pertama 2025 kami berhasil memastikan suplai LNG dalam negeri dengan mengoptimalkan produksi domestik,” ujarnya.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga mengatakan hal senada, bahwa pemerintah saat ini belum menghitung untuk mengimpor LNG dari AS. “Saya tidak tahu soal LNG, sektor BBM belum kami hitung karena belum ada kebutuhan juga,” katanya.