SKK Migas Ungkap Tantangan Peningkatan Produksi Minyak: Minat Investor Turun

Mela Syaharani
5 Desember 2025, 11:49
skk migas, hulu migas
Katadata/Fauza Syahputra
Kepala Divisi Komersialisasi Migas SKK Migas Ufo Budiarus Anwar menyampaikan paparan pada Energy Insight Forum Gas Outlook 2026: Powering Energy Resilience with Strong Governance di Jakarta, Kamis (4/12/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menyebutkan ttantangan untuk meningkatkan produksi minyak bumi dalam negeri. VP Komersialisasi SKK Migas Ufo Budiarius Anwar mengatakan hal ini berkaitan dengan minat investor di hulu migas.

“(Daya minat) investor ke sektor minyak itu sudah tidak terlalu menarik seperti dahulu.,” kata Ufo dalam acara Energy Insight Forum, Gas Outlook 2026: Powering Energy Resilience With Strong Governance di Jakarta, Kamis (4/12).

Dia menyebut investor di hulu migas saat ini hanya mau menggarap lapangan minyak dengan potensi menengah sampai besar. “Kalau Exxonmobil menemukan (potensi minyak) dalam skala besar lagi, dengan produksi 250 ribu barel per hari mungkin akan mau (investasi). Tapi kalau hanya dapat seribu sampai 2 ribu barel ya tidak mau,” ujarnya.

Hal ini berbeda dengan sektor gas bumi. Ufo mengatakan ketertarikan investor kepada gas bumi Indonesia saat ini masih besar karena banyak temuan skala besar di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir seperti Geng North, Blok Andaman, ada juga proyek Lapangan Abadi Masela.

“Kalau gas masih oke, (banyak potensi) besar yang bisa diinvestasikan,” ucapnya.

Dengan kondisi ini, dia optimistis target produksi 12 miliar kaki kubik gas pada 2030 dapat tercapai. “Tapi kalau target minyak mungkin agak berat. Soal gas saya yakin tercapai,” katanya. Pemerintah telah menetapkan target produksi minyak bumi nasional sebesar 1 juta barel pada tahun yang sama.

Tidak hanya target, dia juga membahas tentang tantangan investasi hulu migas dari segi modal. Untuk mengembangkan proyek hulu membutuhkan anggaran yang besar. Investor membutuhkan dana paling tidak US$ 150 juta atau hampir Rp 2,5 triliun untuk satu sumur.

Dengan biaya tersebut, investor di hulu migas memang membutuhkan insentif dan kepastian hukum. “Kalau sumber (migas letaknya) lebih dalam, maka biayanya semakin mahal untuk satu sumur. Belum lagi ada pengeluaran untuk mengalirkan gasnya ke daratan, bisa sampai 150 kilometer,” kata dia.

Lifting Lampaui Target

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas Djoko Siswanto memproyeksikan jumlah rata-rata lifting minyak Indonesia mencapai 606 ribu - 607 ribu barel per hari (bph) tahun ini. Angka proyeksi itu melampaui target lifting minyak dalam APBN 2025 yakni 605 ribu bph.

Lifting merupakan istilah yang merujuk pada produksi migas yang sudah siap jual. Hal ini mencakup volume migas yang sudah melalui tahapan pengolahan. 

“Per 10 November produksi minyak sudah 606 ribu bph. Semoga bertahan hingga Desember. Diprediksi hingga akhir tahun produksi minyak kita mencapai 625 ribu bph,” kata Djoko dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR RI yang dipantau secara daring, Rabu (12/11).

Prediksi lifting minyak 625 ribu bph ini mencakup penghitungan dari jumlah minyak yang diproduksi, yang ditampung dalam tangki-tangki sementara sebelum kapal tanker pengangkut datang.

“(Dengan jumlah tersebut), rata-rata lifting per tahun nanti sekitar 606 ribu sampai 607 ribu bph, sudah melampaui target APBN,” ujar dia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...