Harbour Energy Jual Saham di Blok Natuna Senilai Rp 3,58 T ke Prime Group
Harbour Energy menandatangani perjanjian jual-beli kepemilikan saham operasionalnya di dua blok migas yang ada di Natuna seharga US$ 215 juta atau Rp 3,58 triliun kepada perusahaan migas Prime Group. Dua blok tersebut yakni Natuna Sea Block A yang sedang berproduksi dan proyek pengembangan Lapangan Tuna.
Perusahaan menyebut penjualan saham ini mengikuti aturan yang berlaku dan ditargetkan selesai pada kuartal kedua 2026. “Transaksi ini menandai tonggak penting bagi Harbour di Indonesia dan mendukung strategi kami untuk fokus pada peluang yang paling kompetitif dan strategis,” kata Direktur Utama Unit Bisnis Indonesia Harbour Steve Cox dalam keterangan resminya, dikutip Senin (15/12).
Harbour Energy sebelumnya memegang 28,65% saham di Natuna Sea Block A, sebuah blok yang menghasilkan 4 ribu barel minyak per hari hingga kuartal III 2025. Di proyek pengembangan lapangan Tuna, perusahaan memegang 50% saham.
Menurut Steve, transaksi ini juga menjadi momentum penting bagi seluruh pihak yang bekerja keras dan berdedikasi mengubah Natuna Sea Block A dan Tuna menjadi aset migas berkualitas tinggi selama bertahun-tahun. “Saya berharap yang terbaik untuk mereka saat memasuki babak baru di bawah kepemimpinan Prime Group yang berpengalaman,” ujarnya.
Meski melepas dua pengelolaan migas di Natuna, hal ini tidak berarti Harbour Energy hengkang dari Indonesia. Sebab perusahaan migas yang satu ini masih memiliki proyek di Laut Andaman.
Alasan Mundur dari Blok Tuna
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan perusahaan Premier Oil Tuna b.v (Harbour Energy Group) mundur sebagai pengelola blok migas Tuna.
“Dia tidak bisa lanjut kalau mitranya terkena sanksi dari AS. Dalam konteks tersebut Harbour juga kelihatannya memiliki ketertarikan investasi lainnya di Laut Utara,” kata Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja Rikky Rahmat Firdaus saat ditemui di kantornya, Senin (22/7).
Blok Tuna merupakan salah satu wilayah kerja migas yang terletak di Laut Natuna Utara. Lokasi ini berdekatan dengan perbatasan Indonesia-Vietnam. Hak pengelolaan Blok Tuna dipegang oleh perusahaan Rusia, Zarubezhneft, bersama Premier Oil Tuna BV dengan masing-masing menggenggam 50% hak partisipasi.
Meskipun terjadi perubahan perusahan pengelola, SKK Migas berharap tidak ada kemunduran jadwal produksi. Blok Tuna ditargetkan bisa onstream pada 2028-2029.
