Konsumsi LPG, Avtur, dan BBM Diproyeksi Melonjak Selama Nataru
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memprediksi konsumsi liquefied petroleum gas (LPG) dan bahan bakar minyak (BBM) akan meningkat selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026.
Ketua Posko Nataru Kementerian ESDM Erika Retnowati mengatakan konsumsi BBM jenis gasoline diperkirakan meningkat 3,2% selama Nataru. Sebaliknya, konsumsi BBM jenis gasoil diproyeksikan turun 7,6%.
“Untuk proyeksi penyaluran LPG selama periode Posko Nataru diprediksi meningkat sekitar 7,2% dibandingkan dengan rerata penyaluran normal,” kata Erika dalam pembukaan Posko Nataru di kantor BPH Migas, Senin (15/12).
Selain itu, permintaan bahan bakar pesawat (avtur) diperkirakan naik 5,2%, sementara konsumsi minyak tanah meningkat 4,3% dibandingkan realisasi normal. Periode Posko Nataru akan berlangsung selama 22 hari, mulai 15 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026.
Selama periode tersebut, pemerintah menyiapkan 125 terminal BBM, 7.885 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), dan 72 depot pengisian pesawat udara (DPPU). Pemerintah juga menyiagakan fasilitas tambahan di wilayah-wilayah dengan tingkat permintaan tinggi. Erika mengatakan secara umum kondisi ketahanan stok BBM berada dalam kondisi aman, dengan ketahanan stok dijaga pada kisaran 17 hingga 23 hari atau rata-rata sekitar 20 hari.
Kementerian ESDM bersama Pertamina juga menyiagakan 40 terminal LPG, 736 stasiun pengisian dan pengangkutan bulk elpiji (SPPBE), serta 6.634 agen LPG. Prognosa ketahanan stok LPG nasional berada dalam kondisi aman dengan coverage day LPG pada kisaran 12 hari.
“Kondisi stok LPG dipertahankan tetap stabil dan agen serta pangkalan LPG disiagakan 24 jam, khususnya di wilayah dengan demand tinggi,” ujarnya.
Pemerintah juga menjamin keamanan dan konsistensi penyaluran gas bumi dari pemasok kepada 3.334 pelanggan komersial dan industri serta 2.845 pelanggan kecil. Jaminan tersebut juga mencakup lebih dari 817.000 pelanggan rumah tangga jaringan gas (jargas) dan pembangkit listrik melalui sekitar 34.000 kilometer jaringan pipa gas, 16 SPBG dan MRU, serta tiga terminal LNG yang tersebar di 18 provinsi dan 74 kabupaten/kota.
Meski demikian, pemerintah memprediksi akan terjadi penurunan volume niaga gas bumi sebesar 5,4% dibandingkan dengan realisasi Nataru 2024.
Dari sektor kelistrikan, pemerintah memproyeksikan pasokan listrik pada sistem Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, dan sebagian besar wilayah Indonesia Timur berada dalam kondisi aman. Beban puncak selama periode Nataru diperkirakan mencapai 46.808 megawatt, dengan daya mampu pasok sebesar 53.930 megawatt. Dengan demikian, terdapat cadangan daya sebesar 7.122 megawatt atau sekitar 15,2%.
“Kami juga telah membentuk tim tanggap darurat bencana geologi yang akan merespons dengan cepat setiap kejadian dan siaga 24 jam, serta meningkatkan pemantauan gunung api secara cermat pada sejumlah gunung api yang aktif,” ucapnya.
