LG Chemical Bakal Memulai Studi Investasi Pabrik Baterai di Indonesia
Perusahaan Korea Selatan, LG Chemical dikabarkan bakal memulai studi dan mendalami rencana investasi pembangunan pabrik baterai terintegrasi di Indonesia. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan rencana itu usai bertemu dengan eksekutif perusahaan di Seoul, Korsel.
“LG ingin berinvestasi di ASEAN. Indonesia merupakan salah satu yang menjadi fokus untuk dilakukan pendalaman,” katanya di Seoul, Rabu (20/11).
Agus menuturkan, LG akan merealisasikan investasinya melalui pembangunan pabrik baterai cell, baterai modul, hingga fasilitas daur ulang baterai. Adapun investasi tersebut akan direalisasikan secara bertahap.
(Baca: Larangan Ekspor Nikel, Korsel Ingin Bangun Pabrik Baterai di Indonesia)
"LG tengah melakukan kajian awal, agar investasinya tersebut dapat sesuai rencana dan menguntungkan," katanya.
Pada kesempatan yang sama, LG juga menyampaikan keinginannya untuk melakukan studi penggunaan baterai listrik sepeda motor dalam mendukung target penggunaan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, kunjungan kerjanya ke Tiongkok awal Juli 2019 telah membuahkan komitmen investasi baterai lithium di Morowali.
Contemporary Amperex Technologyy (CATL) memimpin kongsi bersama beberapa perusahaan raksasa otomotif global untuk memproduksi baterai mobil listrik dengan komitmen investasi sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 55,7 triliun secara bertahap.
"CATL kongsi juga dengan LG, Volkswagen, Mercedes, serta macam-macam perusahaan lain," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/7).
(Baca: Natrium-Ion, Sumber Energi Alternatif untuk Mobil Listrik Indonesia)
Selain itu, Tesla juga ikut serta dalam kongsi investasi baterai. Tesla merupakan perusahaan milik pengusaha global Elon Musk yang fokus pada pengembangan teknologi masa depan.
Proses groundbreaking pabrik baterai lithium tersebut sudah dilakukan di Morowali. Menurutnya, penanaman modal asing yang sudah masuk sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,9 triliun.
Dia mengaku investasi masuk karena bahan baku baterai lithium berupa nikel dan cobalt yang tersedia di Indonesia.
"Walaupun mungkin porsi (investasinya) sedikit-sedikit, tapi mereka masuk karena melihat bahan baterai itu banyak di indonesia," ujar Luhut.
Masuknya beberapa investor asing, mengindakasikan Indonesia masih menarik di mata investor. Indonesia menempati peringkat empat sebagai negara tujuan investasi asing di Asia.
Laporan Asian Development Bank (ADB) menyebutkan total investasi asing, termasuk merger dan akusisi perusahaan, di Indonesia mencapai US$ 42,6 miliar sepanjang 2018, meningkat 226% dari total investasi asing pada tahun sebelumnya.
Kenaikan ini disebabkan oleh investasi dari Tiongkok di sektor energi terbarukan hingga US$ 22 miliar. Kemudian, Korea Selatan dan Jepang menduduki posisi berikutnya dengan penanaman modal masing-masing sebesar US$ 6 miliar dan US$ 3,7 miliar. Adapun detail mengenai peringkat investasi Indonesia, digambarkan dalam databoks berikut.