Naik 4%, Ekspor Furnitur Indonesia Sepanjang 2018 Capai Rp 24 Triliun

Michael Reily
10 Maret 2019, 18:12
Furnitur mebel
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Perajin furnitur di salah satu rumah produksi di Dlingo, Bantul, Yogyakarta.

Kementerian Perindustrian menyatakan industri furnitur nasional bisa bersaing untuk penjualan kepada pasar global seiring dengan peningkatan ekspor industri furnitur Indonesia yang terus memperlihatkan tren peningkatan yang positif. Tahun 2016 nilai ekspor furnitur tercatat US$ 1,60 miliar, kemudian naik menjadi US$ 1,63 miliar pada 2017, dan pada 2018 kembali naik sebesar 4%, menjadi US$ 1,69 miliar atau setara dengan Rp 24 triliun (kurs Rp 14.200 per dolar AS.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan optimismenya bahwa industri furnitur akan menjadi sektor strategis dalam perekonomian nasional. "Perannya penting dalam mendukung kebijakan hilirisasi industri karena berbasis sumber daya alam lokal, yang terus dipacu nilai tambahnya,” kata Airlangga dalam keterangan resmi, Minggu (10/3).

Sumber bahan baku kayu di Indonesia pun sangat melimpah dengan potensi luas hutan yang mencapai 120,6 juta hektare, serta terdiri dari hutan produksi sebesar 12,8 juta hektare. Sebesar 80% bahan baku rotan dunia berasal dari Tanah Air, tersebar di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.

Airlangga pun menyatakan bahwa Kemenperin akan berupaya untuk memacu kinerja ekspor produk furnitur dengan persediaan bahan baku. Terlebih, Indonesia memiliki iklim tropis yang bisa mendorong pertumbuhan cepat berbagai jenis pohon.

(Baca: Perang Dagang Berpeluang Tingkatkan Ekspor Furnitur hingga 15%)

Pengembangan SDM Industri Furnitur

Optimalisasi ekspor melalui program bimbingan teknis produksi, promosi dan pengembangan akses pasar, serta persiapan sumber daya manusia industri furnitur yang kompeten. Kementerian Perindustrian juga telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.

“Kami berupaya untuk menciptakan tenaga kerja terampil dan inovatif yang mampu meningkatkan daya saing industri furnitur di dalam negeri,” ujar Airlangga.

Dia pun memaparkan penerapan sistem ganda (70% praktik dan 30% teori) pada proses pembelajaran di Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu. Konsep dual system yang diadaptasi dari sistem pendidikan Swiss diharapkan akan menghasilkan lulusan yang sesuai kebutuhan masa depan, terutama dalam era industri 4.0.

Fasilitas pembangunan politeknik di kawasan industri juga menjadi skema pengembangan pendidikan vokasi industri. Apalagi, target pemerintah ke depan adalah pembangunan kualitas SDM Indonesia.

(Baca: Kinerja Bisnis Furnitur Jateng Terpacu Kawasan Industri Kendal)

Reporter: Michael Reily

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...