Ditopang Pasar Non-utama, Ekspor Sawit Indonesia Januari 2019 Naik 4%
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat volume ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya, olechemical, dan biodiesel) sepanjang Januari 2018 sebesar 3,25 juta ton. Ekspor Januari tumbuh 4% dibandingkan Desember 2018 yang sebesar 3,13 juta ton.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyatakan dari total realisasi ekspor, CPO menyumbang sebanyak 746,06 ribu ton atau sekitar 23%. Sementara 77% lainnya, merupakan gabungan dari produk turunan atau olahan CPO. “Geliat pasar global terutama didukung permintaan beberapa pasar nontradisional yang meningkat cukup signifikan,” kata Mukti dalam keterangan resmi, Jumat (1/3).
(Baca: Harga CPO Melemah, Laba Perusahaan Sawit Grup Salim Anjlok Lebih 50%)
Pada Januari, Gapki mencatat ekspor ke benua Afrika sebesar 315,91 ribu ton, melonjak signifikan hingga 74% dibanding Desember tahun lalu yang tercatat sebesar 181,84 ribu ton. Peningkatan ekspor diikuti Bangladesh yang tumbuh 43%, Amerika Serikat 26%, Timur Tengah naik 13%, dan India naik sampai 9%.
Terkait pasar India, Mukti juga menyoroti soal perbedaan perlakuan bea masuk kepada Malaysia. Gapki berharap pemerintah melakukan lobi intensif untuk mengurangi tarif impor sawit Indonesia. “Kami meminta adanya perjanjian dagang khusus untuk mendapatkan tarif khusus agar harga minyak sawit Indonesia tetap kompetitif,” ujarnya.
(Baca: Harga Sawit Fluktuatif, Pemerintah Tunda Pungutan Ekspor )
Selain peningkatan ekspor, Mukti menyebutkan terjadi penurunan ekspor ke tiga pasar utama pada Januari. Persentase penurunan ekspor terbesar terjadi pada pasar Pakistan yang merosot sebesar 8,5% menjadi 265,49 ribu ton dari 290,26 ribu pada Desember 2018. Pada periode yang sama, Uni-Eropa juga menurun 4% dan Tiongkok 3%.
Meski demikian, harga sawit global mulai membaik dengan kenaikan harga rata-rata ke kisaranUS$ 530,7 per ton per Januari. Harga ini lebih baik daripada bulan sebelumnya yang masih berada di kisaran rata-rata US$ 490,5 per ton. “Peningkatan ini menunjukan, permintaan pasar global mulai bergeliat,” ujarnya.