Gejolak Ekonomi Dunia Bayangi Pencapaian Target Industri 2019
Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun ini mencapai 5,57%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi 5,3%. Meski demikian, hal tersebut dinilai sedikit sulit dicapai karena hambatan eksternal, seperti perang dagang.
Ekonom Senior Raden Pardede mengatakan industri manufaktur tahun ini dibayangi sejumlah tantangan. Dia mencatat setidaknya ada tiga hal yang menjadi tantangan pencapaian target industri tahun ini terkait gejolak ekonomi global, ditambah kesiapan industri dalam negeri yang belum kuat.
"Tantangan di industri terpengaruh tiga efek spill over, yaitu gejolak keuangan, penurunan harga komoditas yang mempengaruhi ekspor karena 60% ekspor Indonesia masih berdasarkan komoditas, serta dampak dari perang dagang," katanya di Jakarta, Kamis (31/1).
Menghadapi hal tersebut, pemerintah dinilai perlu memperkuat kebijakan fiskal dan regulasi keuangan negara. Hal itu juga semestinya diikuti dengan upaya kesiapan modal dan investasi dalam negeri.
(Baca: Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Melemah, Sederet Dampak Perlu Diwaspadai)
Sementara itu, Kementerian Perindustrian menyatakan tahun ini industri menghadapi beberapa isu penting, seperti pemilu, perjanjian perdagangan Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) dan perang dagang yang tahun kemarin panas.
Perang dagang antara AS dan Tiongkok yang sempat mereda dengan disepakatinya 'gencatan senjata' berupa penundaan kenaikan tarif yang disepakati kedua negara selama 90 hari sejak 3 Desember 2018, di satu menguntungkan Indonesia. Salah satunya dengan rencana relokasi perusahaan Tiongkok ke Indonesia untuk menghindari peningkatan tarif.
Selain itu, Indonesia juga mempunyai Purchasing Managers Index (PMI) pada 2018 hampir di atas angka 50 di tiap bulannya, sehingga tren ekspansi ini diperkirakan akan berlanjut tahun ini.
"Pemilu 2019 mendatang juga memberikan pengaruh terhadap sektor industri. Sektor industri seperti Industri Makanan dan Minuman; Industri Tekstil dan Pakaian Jadi; Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki, mengalami kenaikan pertumbuhan, seperti yang terjadi saat pemilu 2014," kata Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Imam Haryono di Jakarta.
(Baca: Virus Meredupnya Ekonomi Tiongkok yang Mengancam Ekspor Indonesia)
Dengan proyeksi pertumbuhan industri pengolahan nonmigas 2019 sebesar 5,57% industri Makanan dan Minuman diharapkan tetap bertumbuh di kisaran 9,86%; Mesin 7%; Tekstil dan Pakaian Jadi 5,61%; Kulit, Barang dari Kulit, Alas Kaki 5,40%, dan Barang dari Logam, Eletronika, Komputer yaitu 3,81%.
Adapun pada 2014-2020 pertumbuhan industri pengolahan diperkirakan berada di rentang 5,40-7,05%.