Jokowi Dorong Bentuk Korporasi Agar Petani Makin Sejahtera

Ameidyo Daud Nasution
28 Juni 2018, 18:44
Jokowi
Cahyo | Biro Pers Sekretariat Kepresidenan

Presiden Joko Widodo meminta para petani membentuk korporasi tani besar yang terdiri dari kelompok tani. Melalui korporasi ini, Jokowi berharap petani dapat berfokus pada kegiatan penjualan pascapanen, tidak hanya pada pengolahan masa panen semata.

Misalnya, seusai panen, kelompok tani perlu menggiling padi lalu mengemasnya dalam bobot tertentu. Beras yang sudah terkemas bisa dijual langsung ke konsumen melalui toko online. (Baca juga: Mentan Klaim Alat Mesin Pertanian Mampu Tekan Biaya Produksi Gabah).

“Jangan sampai menjual gabah terus. Harus jual beras tapi dalam bentuk kemasan,” kata Jokowi saat membuka Asian Agriculture and Food Forum 2018 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (28/7).

Pembentukan korporasi petani, ujar Jokowi, akan meningkatkan kesejahteraan petani. Karenanya, petani tidak boleh berkutat pada rutinitas urusan pupuk serta benih, juga pada sisi pemasaran. Dengan target tersebut, di sinilah perlunya korporasi petani dalam jumlah besar agar tercapai skala ekonominya.

Dari sisi produk, Jokowi meminta petani menanam rempah-rempah hingga kopi, bukan hanya beras. Sebab, sejak zaman lampau, komoditas tersebut digemari oleh negara lain. Oleh sebab itu, dia meminta Menteri Pertanian Amran Sulaiman turut berkonsentrasi dalam pengembangan rempah. “Dulu kita dijajah karena rempah-rempah,” ujar Jokowi.

Dalam acara tersebut, Jokowi sempat berdialog dengan seorang petani lada asal Provinsi Bangka Belitung. Sang petani meminta ada hutan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian di provinsi tersebut sesuai dengan program perhutanan sosial. (Baca pula: Aturan Wajib Label Kemasan Beras Tuai Pro-Kontra Pelaku Usaha).

Intensifikasi LAhan Pertanian DIY
Intensifikasi LAhan Pertanian DIY ( ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Atas permintaan ini, Jokowi memberikan lampu hijau asalkan lahan digunakan untuk tujuan produktif, tidak boleh secara cuma-cuma, harus ada rencana bisnisnya. Bahkan, Presiden sempat mengancam mencabut pengelolaan lahan hutan seluas sejuta hektare yang tidak digunakan untuk tujuan produktif.

Mantan Walikota Solo ini juga menekankan bahwa pangan merupakan urusan masa depan: dunia dan negara. Sebab, pangan tidak mungkin tergantikan sebagai kebutuhan dasar, biarpun teknologi sudah begitu maju yang mengantarkan manusia sampai ke bulan, misalnya, atau terciptanya robot-robot yang begitu canggih.

“Petani akan terus jadi profesi yang sangat strategis dan sangat mulia. Profesi petani akan turut menentukan masa depan sebuah negara,” katanya. “Karena itu, pemerintah menaruh perhatian yang besar pada kehidupan dan kesejahteraan petani. Apabila petani sejahtera, Insya Allah ketenteraman bangsa akan terus terjaga.”

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...