Melorot Jelang Tutup Tahun, Harga CPO Diyakini Membaik pada 2018
Pemerintah menetapkan harga referensi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk Januari 2018 sebesar US$ 697,34 per metrik ton atau turun 6,14% dibandingkan periode Desember 2017. Dengan demikian, melanjutkan tren beberapa bulan terakhir, ekspor CPO tak akan dikenakan bea keluar.
"Saat ini harga referensi CPO melemah dan tetap berada pada level di bawah US$ 750 per metrik ton. Untuk itu, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar US$ 0 per metrik ton untuk periode Januari 2018," kata Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, Kamis (29,12).
Tren penurunan harga CPO sebenarnya telah terjadi beberapa bulan terakhir. Sepanjang Oktober 2017, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, CPO global berada di kisaran US$ 700-735 per metrik ton. Harga rata-rata turun tipis dibandingkan harga rata-rata September, yakni US$ 724,9 per metrik ton.
(Baca juga: Kakao dan Kelapa Bakal Masuk ke Sistem Badan Pengelola Dana Perkebunan)
Toh Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Danang Girindrawardana tetap optimistis karena bakal terjadi peningkatan harga CPO karena penurunan pasokan global. "Naik turun harga komoditas sudah biasa, faktor pendorong kenaikan harga tahun depan banyak," kata Danang kepada Katadata, Jumat (29/12).
Menurutnya, ekspor CPO tahun depan bisa diarahkan ke Amerika Latin dengan memanfaatkan perjanjian dagang Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang telah disepakati dengan Cile. Pasalnya, sawit Indonesia masih dikenakan bea masuk sawit Indonesia sebesar 6%.
Selama 4 tahun belakangan, menurut data GAPKI, ekspor CPO ke Cile mengalami penyusutan dari US$ 900 juta menjadi US$ 400 juta. Sementara, Malaysia lebih banyak melakukan ekspor karena telah melakukan perjanjian perdagangan lebih dahulu.
"Tahun depan, produk olahan kelapa sawit Indonesia memiliki potensi di pasar Cile," ujar Danang.