BI dan Pemerintah: Kenaikan Impor Indikasi Pengusaha Mulai Ekspansi
Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah menilai positif kenaikan impor yang terus berlanjut, khususnya impor barang modal dan bahan baku. Hal itu dinilai sebagai pertanda bahwa pelaku usaha tengah bersiap untuk melakukan ekspansi bisnis di 2018.
"Beberapa bulan ini impor naik. Malah naiknya cukup tinggi dan kontribusi barang antara dan barang modal besar. Itu menunjukkan persiapan (pelaku usaha) untuk ekspansi di 2018. Kami sambut baik itu," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo ditemui wartawan di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (15/12). (Baca juga: Impor Barang Modal Naik, Surplus Perdagangan November 2017 Tergerus)
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, impor mencapai US$ 15,15 miliar pada November lalu, atau naik 6,42% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Rinciannya, impor barang modal mencapai US$ 2,63 miliar atau melonjak 20,65%, impor barang konsumsi mencapai US$ 1,36 miliar atau naik 8,12%, dan impor bahan baku/penolong naik 3,32% menjadi US$ 11,15 miliar.
Kenaikan impor juga disambut positif Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Secara spesifik, ia menjelaskan impor yang naik menunjukkan investasi swasta membaik. "Kalau ada yang mengartikan lain, itu aneh," ujarnya.
Menurut dia, Indonesia memang belum bisa menghasilkan bahan baku dan barang modal sendiri di dalam negeri maka itu ekspansi bisnis pasti berdampak pada kenaikan impor. Barang yang perlu diimpor misalnya, produk kimia dasar. Selain itu, produk baja dan besi. Khusus untuk produk ini, industri di dalam negeri baru memulai kerja sama dengan Jepang, jadi hasilnya belum bisa dinikmati.
"Kalau mau ekonominya tumbuh, mau tidak mau impornya juga naik. Tidak bisa ekspornya naik, impornya tidak. Itu berarti ada yang macet," kata dia. Ia pun mengaku semakin optimistis ekonomi bakal membaik di tahun depan. Adapun pada November lalu, ekspor Indonesia tercatat masih seret, kenaikannya hanya 0,26% (mtm).