Waskita Batal Jual 10 Ruas Tol, Harga Sahamnya Anjlok 11%
Harga saham PT Waskita Karya Tbk dan anak usahanya, yaitu PT Waskita Beton Pracetak Tbk, mendadak turun tajam pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (12/9). Penurunan tersebut akibat keputusan perusahaan konstruksi milik negara (BUMN) itu membatalkan proses pelepasan 10 ruas jalan tol miliknya.
Hingga pukul 15.30 WIB, harga saham Waskita sebesar Rp 1.895 per saham atau turun 11% dari penutupan perdagangan saham sehari sebelumnya. Sedangkan harga saham Waskita Beton turun 7,73% menjadi Rp 406 per saham.
Jika mengacu rasio harga saham dengan laba bersih per saham (P/E Ratio) saham Waskita saat ini sebenarnya sudah tergolong murah. P/E Ratio emiten berkode saham WSKT ini sebesar 7,75 kali. Sedangkan P/E Ratio Waskita Beton berada di level 12,29 kali.
Sebagai perbandingan, P/E Ratio semua perusahaan konstruksi milik negara (BUMN) saat ini berada di atas level 12 kali. Bahkan, P/E Ratio saham PT Adhi Karya Tbk mencapai 18,21 kali. Artinya, harga saham Waskita dan anak usahanya saat ini tergolong murah.
Secara teknikal, berdasarkan Relative Strength Index (RSI), saham Waskita kini berada di titik 23,7 sementara saham Waskita Beton di titik 28,15. Artinya, kedua saham ini sudah melewati level jenuh jual atau oversold di level 30. Sedangkan level jenuh beli atau overbpught berada di level 70.
Penurunan harga saham Waskita ini terkait erat dengan kabar yang dilansir secara resmi oleh manajemen pada Selasa ini. WSKT mengumumkan bahwa rencana anak usahanya, PT Waskita Toll Road (WTR), untuk melakukan divestasi 10 ruas jalan tolnya, tidak berhasil memenuhi target.
Awalnya, WTR berniat merealisasikan aksi korporasi tersebut pada kuartal II-2017. Namun, setelah melakukan penilaian terhadap beberapa penawaran dan calon investor yang masuk, belum ada proposal yang memenuhi target yang diharapkan manajemen WTR.
"Proses tender yang kemarin kami tutup dan sesuai informasi dari manajemen WTR bahwa tidak ada transaksi yang dilakukan," kata Sekretaris Perusahaan Waskita Karya, Shastia Hadiarti.
Namun, dia menegaskan, manajemen Waskita dan WTR masih berencana melakukan divestasi ruas-ruas tol tersebut. Meski begitu, perusahaan masih mengkaji alternatif skema divestasi yang akan dilakukan.
Di sisi lain, sehari sebelumnya, Direktur Utama Waskita Karya M. Choliq menyatakan, pihaknya mempertimbangkan pembatalan rencana penambahan modal WTR melalui penerbitan saham baru (rights issue) kalau aksi korporasi tersebut sepi peminat.
Choliq menambahkan, jika nantinya aksi penambahan modal ini gagal dilaksanakan maka Waskita berniat menjual sebagian saham Waskita Toll Road lewat penawaran saham perdana ke publik (IPO) pada pertengahan tahun depan.
Sebagai informasi, Waskita berencana melepas 10 ruas tol melalui mekanisme tender pada tahun ini. Mayoritas ruas tol yang dijual itu adalah tol Trans Jawa, baik yang sudah beroperasi maupun dalam tahap pembangunan.
Ruas tol yang dilepas termasuk tol Becakayu yang menghubungkan Bekasi-Jakarta Timur, dan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi di Sumatera Utara.
Dana yang diperoleh akan digunakan Waskita dan anak usahanya untuk membiayai pembangunan ruas tol baru senilai hingga Rp 10 triliun. Saat ini, Waskita mengelola 18 ruas tol dan berencana menambah tiga ruas baru.
Mirae Asset Sekuritas, dalam anlisa singkatnya, memperkirakan Waskita akan menutup tahun ini dengan pertumbuhan kontrak yang melambat gara-gara pembatalan rencana divestasi tersebut.
Hingga pekan pertama September, Waskita mengantongi kontrak baru senilai Rp 43 trilliun, atau sekitar 72% dari target kontrak baru tahun ini yang sebesar Rp 60 triliun. Target nilai kontrak ini pun sudah direvisi dari sebelumnya Rp 80 triliun karena mundurnya sejumlah proyek.
Tahun lalu, perusahaan berhasil membukukan perolehan kontrak baru senilai Rp 70 triliun. Artinya, target tahun ini 12.5% lebih rendah dari pencapaian tahun lalu.
Jika dibandingkan dengan perusahaan konstruksi lain, Mirae mencatat, Waskita memiliki tingkat leverage yang cukup tinggi.Karena itu, Mirae merekomendasikan investor untuk menahan investasinya terhadap saham Waskita, dengan titik ambil untung (take profit) di harga Rp 2.580 per saham.
Waskita membukukan pendapatan sebesar Rp 15,55 triliun pada semester I-2017, atau naik 92,45% dari periode sama tahun lalu. Sementara itu, labanya melambung hingga lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 1,28 triliun tahun ini dari Rp 586,28 miliar.