RI Larang Ekspor Nikel, Filipina Beruntung
KATADATA ? Pelarangan ekspor bijih mineral asal Indonesia yang berlaku mulai awal tahun ini menyebabkan pasokan nikel dunia terganggu. Ini mendorong terjadinya kenaikan harga nikel di pasar global.
Pelarangan ekspor mineral tersebut membuat potensi keuntungan dari kenaikan harga dan kekosongan pasar ini dinikmati oleh produsen nikel lain, salah satunya Filipina.
Selama ini, Indonesia merupakan salah satu negara produsen terbesar nikel di dunia. Posisinya nomor dua setelah Filipina yang merupakan produsen terbesar. Saking besarnya produksi Indonesia, 59 persen kebutuhan nikel China dipasok dari Indonesia. Sementara konsumsi nikel China mencapai 44 persen total konsumsi nikel dunia.
Makanya, pelarangan ekspor bijih nikel Indonesia sejak awal tahun, membuat pasokan dunia berkurang. Akibatnya harga nikel pun akan naik, sejalan dengan peningkatan konsumsi.
Jika dibandingkan dengan harga nikel saat memasuki awal tahun ini sekitar US$ 14.000 per ton, hingga Mei harga nikel sudah naik lebih dari 30 persen. Pada 19 Mei 2014, harga nikel di London Metal Exchange tercatat sudah mencapai US$ 19.780 per ton.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) Poltak Sitanggang mengatakan naiknya harga, bukan hanya disebabkan oleh Indonesia. Konflik di Ukraina juga menjadi salah satu faktor naiknya harga nikel. Sebab Ukraina juga merupakan salah satu negara penghasil nikel.
Masalahnya, potensi keuntungan dari kenaikan harga ini tidak bisa dinikmati oleh Indonesia. Malah, ketika Indonesia berhenti mengekspor nikel, pasarnya diisi oleh Filipina. Negara penghasil nikel lainnya, bukan hanya bisa menggantikan pasar yang biasa diisi oleh Indonesia, tetapi juga meraup banyak untung dari kenaikan harga nikel saat ini.
?Mereka (Filipina) sudah mendapat tambahan keuntungan miliaran dolar dari kenaikan harga ini. Sementara Indonesia tidak bisa apa-apa karena ekspornya dilarang,? ujar Poltak.
Pembahasan Kelompok Studi Nikel Dunia (International Nickel Study Group/INSG), pada April lalu juga memang berharap agar kekosongan pasokan dari Indonesia bisa diisi oleh Filipina. INSG memperkirakan tahun ini konsumsi nikel masih terus tumbuh, didorong oleh China sebagai pasar utamanya. Konsumsi nikel primer diperkirakan mencapai 1,89 juta ton, mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu sebesar 1,77 juta ton.
Sementara produksi nikel primer dunia tahun ini diperkirakan tidak tumbuh. Pada 2012 produksi nikel mencapai 1,75 juta ton, kemudian meningkat hingga 1,95 juta ton pada 2013. Tahun ini, diperkirakan produksi nikel masih dalam batas yang sama dengan tahun lalu.