Pemerintah Sebut Sektor Pertanian Masih jadi 'Penyelamat' saat Krisis
Badan Pusat Statistik mencatat pertanian menjadi salah satu sektor ekonomi yang masih mampu tumbuh di tengah pandemi virus corona. Staf Ahli Menteri Keuangan Masyita Crystallin menilai sektor pertanian kemungkinan kembali menjadi peredam gejolak krisis di tengah pandemi Covid-19, seperti saat krisis keuangan 1998.
Masyita menjelaskan, banyak tenaga kerja yang terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK kembali ke sektor pertanian saat krisis keuangan Asia lebih dari satu dekade lalu.
"Sektor pertanian kemungkinan masih berperan sebagai shock absorber. Saat ini belum ada riset atau survei terkait ini, tetapi melihat pertumbuhan sektor pertanian, mungkin ini kembali terjadi saat krisis pandemi ini," ujar Masyita dalam Webinar Sustainable Economic Recovery in Indonesia : Opportunities and Challanges bagian dari SAFE Forum 2020 yang diselengarakan, Selasa (25/8).
Apalagi, segmen UMKM yang pada krisis 1998 kebal karena tak banyak terkait dengan lembaga keuangan justru terpukul dalam saat krisis pandemi Covid-19. UMKM sangat terkait dengan interaksi fisik yang mejadi terbatas selama wabah ini merebak.
Untuk itu, menurut dia, sektor pertanian akan menjadi perhatian pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional. Kendati demikian, saat ini pemerintah tengah menerapkan strategi bertahan dalam menangani dampak pandemi Covid-19.
"Tahun ini kita defensif, memperbaiki sisi kesehatan dan membantu masyarakat dengan berbagai bantuan sosial, serta melihat karakteristik sektoral," katanya.
Dengan strategi ini, pemerintah memilih untuk membantu lebih dulu sektor-sektor usaha yang menyerap tenaga kerja paling besar. Salah satunya, UMKM dan sektor padat karya. Beragam bantuan diberikan, termasuk bantuan tunai sebesar Rp 2,4 juta kepada setiap pelaku UMKM dan pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta yang sebagian besar berada di sektor manufaktur.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik sektor pertanian pada kuartal II 2020 tumbuh 2,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun, sektor ini berkontribusi sebesar 15,46% kepada struktur produk domestik bruto Indonesia. Nilai ini meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,57%.
Pertumbuhan sektor pertanian terjadi di tengah kontraksi ekonomi pada kuartal II 2020 yang mencapai 5,32%. Data BPS juga menunjukkan bahwa sektor ini merupakan satu-satunya sektor yang mengalami pertumbuhan di antara lima sektor terbesar di Indonesia, yaitu industri yang terkontraksi 6,19%, perdagangan 7,57%, konstruksi 5,39%, dan pertambangan 2,72%. Pada kuartal pertama tahun sektor pertanian bahkan mampu tumbuh 9,46 persen.
BPS juga mencatat hanya sektor pertanian yang masih mencatatkan pertumbuhan saat sektor-sektor lain terkontraksi sepanjang empat bulan pertama tahun ini kala tekanan pandemi Covid-19 masih sangat berat seiring pemberlakuan karantina di sejumlah negara.