Produk Susu, Bumbu, & Makanan Beku Laris Selama Pandemi Covid-19

Cahya Puteri Abdi Rabbi
16 September 2021, 15:08
pandemi, covid-19, makanan
ANTARA FOTO/Fauzan/aww.
Pemilik usaha membungkus lele sebelum dimasukkan ke ruang pendingin di Pinang, Kota Tangerang, Banten, Rabu (24/3/2021). Tempat tersebut mengoleh lele menjadi "frozen food" yang dijual Rp35 ribu per kilogram dan bisa menjual empat ratus kilogram per bulannya dengan omzet Rp10 juta per bulan.

Adapun penurunan permintaan untuk produk-produk minuman kemasan dan makanan instan lainnya dikarenakan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di mana aktivitas di luar rumah hampir dibatasi 100% sehingga ada kecenderungan untuk  lebih memilih memasak sendiri.

Industri makanan dan minuman diyakini bisa tumbuh semakin baik dengan adanya jaminan ketersediaan bahan baku yang memiliki kriteria kompetitif, sustainable dan memenuhi syarat bagi bahan baku industri.

“Misalnya, bahan baku itu jangan hari ini ada, tapi besok gak ada. Lalu jangan sampai bahannya tersedia tapi harganya dua kali lipat dari tempat lain, dan kualitasnya pun harus sesuai dengan kebutuhan,” ujarnya.

Ia juga meminta pemerintah untuk menyusun neraca komoditas dari produk-produk holtikultura seperti sayur dan buah-buahan, serta produk peternakan.

Pasalnya, neraca komoditas sangat strategis bagi industri di Indonesia terutama industri makanan dan minuman. Pasalnya, industri makanan dan minuman sebagian besar bahan bakunya adalah produk dari agrikultur baik peternakan, perkebunan, dan pertanian.

Neraca komoditas sendiri telah diatur dalam PP Nomor 28 Tahun 2021. Neraca komoditas dibuat untuk mengatur kualitas produk yang dapat digunakan untuk bahan baku dan bahan penolong industri.


Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...