Banyak Orang Renovasi Rumah, Industri Furnitur Kinclong saat Pandemi
Pandemi Covid-19 membawa berkah bagi industri furnitur domestik. Banyaknya orang yang merenovasi rumah demi kenyamanan beraktivitas, bekerja ataupun belajar di dalam rumah membuat permintaan produk furnitur naik selama pandemi.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan adanya peralihan atau reorganisasi secara signifikan belanja rumah tangga masyarakat, dari yang untuk hiburan, pariwisata atau transportasi, menjadi kebutuhan untuk menata dan merenovasi rumah.
“Bahkan, aktivitas belanja online selama pandemi juga mendukung peningkatan penjualan furnitur, baik memenuhi pasokan pasar domestik maupun ekspor,” tutur Agus dalam keterangan resminya, Senin (20/9).
Kenaikan terlihat dari pertumbuhan industri furnitur sebesar 8,04% pada triwulan I tahun 2021. Pada kuartal I tahun 2020, furnitur terkontraksi 7,28%.
“Artinya, industri furnitur dan kerajinan terbukti memiliki tingkat resiliensi yang tinggi di saat pandemi,” kata Mantan Menteri Sosial tersebut.
Tidak hanya di pasar domestik, permintaan produk furnitur juga naik di tengah pandemi. Kemenperin mencatat, nilai ekspor produk furnitur menembus US$1,91 miliar pada tahun 2020 , meningkat 7,6% dibandingkan tahun 2019 yang mencapai US$1,77 miliar.
Negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia tahun 2020, antara lain adalah Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.
“Daya beli pasar terhadap produk furnitur dan kerajinan yang masih tinggi ini perlu untuk terus kita respons dengan penyediaan akses alternatif promosi produk,” ujarnya.
Kendati terbukti memiliki daya tahan terhadap pandemi, Kementerian Perindustrian akan tetap berupaya meningkatkan pertumbuhan industri furnitur, termasuk daya saing. Terlebih, furnitur adalah salah satu produk andalan ekspor utama Indonesia.
Guna lebih memacu produktivitas dan daya saingnya, Kementerian Perindustrian terus menjaga ketersediaan bahan baku dan mendorong pelaku industri furnitur untuk aktif melakukan inovasi.
Adapun bahan baku industri furnitur dan kerajinan di Indonesia menurutnya cukup melimpah, terutama berasal dari hutan produksi yang memiliki luas 68,8 juta hektare.
Selain itu, iklim tropis Indonesia juga sangat menguntungkan karena berbagai jenis pohon dapat tumbuh dengan cepat. Di sisi lain, Indonesia merupakan penghasil 80% bahan baku rotan dunia, yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.
“Industri furnitur sebagai sektor padat karya dan berorientasi ekpsor, juga berperan penting dalam memberikan kontribusi yang signfikan terhadap upaya pemulihan ekonomi nasional,” kata dia.
Pada sektor industri furnitur, saat ini terdapat 1.114 perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dengan jumlah kapasitas produksi sebesar 2,9 juta ton per tahun dan total tenaga kerja yang terserap sebanyak 143.119 orang.
Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyampaikan, pihaknya bertekad untuk terus memfasilitasi kemudahan iklim berusaha bagai para pelaku industri furnitur dan kerajianan di tanah air.
Instrumen-instrumen yang bisa dimanfaatkan, di antaranya fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku, program revitalisasi mesin/peralatan, fasilitasi Politeknik Furnitur, dan program pengembangan desain furnitur.
Kemudian, fasilitasi insentif tax holiday, tax allowance, serta super deduction tax untuk R&D dan vokasi,penerapan SNI dan SKKNI, pengoptimalan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), serta fasilitasi keikutsertaan pada pameran nasional maupun internasional.
Putu berharap agar industri furnitur dan kerajinan terus melakukan inovasi dan selalu melakukan eksplorasi kekayaan budaya nasional dengan kemasan modern serta mengikuti tren pasar global.
“Inovasi akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu produk, tak terkecuali untuk produk furnitur, terutama karena industri furnitur dan kerajinan erat sekali kaitannya dengan life style,” ujarnya.