Berkah Nataru, BI Perkirakan Penjualan Retail di Desember Melesat
Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan retail di akhir tahun akan semakin kencang. Perkiraan ini tercermin dari Indeks Penjualan Retail (IPR) Desember sebesar 206,9 poin atau tumbuh 3% dari bulan sebelumnya.
Peningkatan penjualan terutama untuk peralatan informasi dan komunikasi serta barang budaya dan rekreasi. Perbaikan penjualan didorong oleh naiknya permintaan selama Libut Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Indeks Penjualan Retail pada Desember ini menunjukkan pertumbuhan tiga bulan beruntun, serta lebih tinggi dari pertumbuhan bulanan 2,8% pada November.
Sementara secara tahunan, IPR Desember tumbuh 8,9% , lebih rendah dari pertumbuhan tahunan di bulan November sebesar 10,8%.
"Peningkatan secara bulanan terutama didorong meningkatnya permintaan selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan libur akhir tahun," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Selasa (11/1).
Meski tumbuh makin kuat, tidak semua kelompok pengeluaran mencatat perbaikan kinerja.
Kenaikan terutama pada penjualan peralatan informasi dan komunikasi yang berhasil tumbuh 1,3% secara bulanan, pembalikan setelah bulan sebelumnya terkontraksi 2,5%.
Penjualan barang budaya dan rekreasi juga membalik dari kontraksi 2,9% menjadi pertumbuhan positif 1,4%.
Tren serupa pada penjualan perlengkapan rumah tangga lainnya yang mencatat pertumbuhan IPR 0,9% setelah bulan November terkontraksi 0,3%. Indeks penjualan sandang juga naik dari 5,6% menjadi 7,5%.
Sementara itu, penjualan barang dan jasa lainnya masih positif namun melambat.
Indeks penjualan kelompok suku cadang dan aksesori hanya tumbuh 2,4% setelah naik 5,6% pada November. Kelompok makanan, minuman dan tembakau juga melambat dari 3,4% menjadi 3,2%.
Indeks penjualan bahan bakar kendaraan bermotor tumbuh 6,1% setelah meningka 6,7% di bulan sebelumnya.
Kelompok perlengakapan rumah tangga lainnya yang bulan November bisa tumbuh 0,9% kembali terkontraksi 0,3% di bulan Desember.
Sementara secara spasial, pertumbuhan secara bulanan penjualan retail Desember diperkirakan terjadi di mayoritas kota yang disurvei.
Seluruh kota sudah berada dalam fase ekspansi, namun peningkatan tertinggi terjadi di Semarang 4%, diikuti Banjarmasin 2,3% dan Jakarta 3,4%.
Penjualan retail juga diperkirakan masih akan cukup kuat di paruh pertama tahun ini.
Ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) retail untuk tiga bulan atau pada Februari sebesar 155,1 poin, naik dibandingkan 149 poin pad Januari.
Sementara IEP enam bulan atau pada Mei sebesar 170,7 yang mencerminkan lonjakan dari perkiraan April 145,1 poin.
"Responden menyampaikan bahwa peningkatan tersebut didorong oleh HBKN Imlek sehingga mendorong permintaan masyarakat. Sementara peningkatan IEP pada Mei sejalan dengan prakiraan meningkatnya permintaan masyarakat selama Idul fitri yang jatuh di awal Mei," tulis Erwin.
Peningkatan penjualan retail di penghujung tahun sebagaimana laporan BI tersebut sejalan dengan mobilitas masyarakat yang meningkat.
Data Google Mobility memperlihatkan aktivitas masyarakat di dalam rumah terus turun usai PPKM dilonggarkan sejak akhir Agustus.
Konsekuensi dari turunnya aktivitas di dalam rumah, mobilitas masyarakat di sejumlah ruang publik makin ramai.
Mobilitas di tempat perdagangan retail dan rekreasi tumbuh 9,22% dari kondisi sebelum pandemi.
Mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari juga sama mencatat pertumbuhan 27,96% serta aktivitas di taman tumbuh 6.26%.
Meski begitu, mobilitas masyarakat di tempat kerja dan tempat transit masih terkontraksi sekalipun terus menunjukkan perbaikan.