Alasan Kawasan Industri Batang Laris Manis, Tahap I Ludes Terjual
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan bahwa Kawasan Industri Batang tahap I seluas 450 hektar telah habis terjual dalam waktu 1,5 Tahun. Strategi penyediaan lahan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi minat investor pada kawasan tersebut.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembuatan konsep kawasan industri terpadu (KIT) Batang adalah hasil pembelajaran saat 33 perusahaan Cina melakukan relokasi akibat perang dagang Cina-Amerika Serikat. Saat itu, tidak ada satu perusahaan pun berminat pindah ke Indonesia. Mereka memilih untuk berinvestasi ke Thailand dan Vietnam.
Basuki menjelaskan, konsep KIT Batang adalah investor hanya perlu membawa dana dan teknologi. Artinya, investor tidak harus membeli tanah di KIT Batang.
"(Setelah) dipelajari, ternyata kita kalah bersaing karena tanah. Jadi, kebanyakan kawasan industri menjual tanah sehingga para investor tidak mau masuk. Investor hanya bawa uang dan teknologi, titik," kata Basuki dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Kamis (9/6).
Oleh karena itu, Basuki mengatakan, pemerintah mempersiapkan lahan dan infrastruktur dasar, seperti jalan industri dan air bersih. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan 10 tower rusunawa sebagai tempat tinggal tenaga kerja.
Basuki mengatakan, mayoritas tenaga kerja yang diserap KIT Batang berasal dari Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan. Saat ini, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kompetensi pekerja tersebut.
Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pengembangan KIT Batang tahap pertama seluas 450 hektar telah habis terjual ke para investor. Capaian tersebut adalah hasil dari kolaborasi erat antara Kementerian Investasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Pemerintah Daerah (Pemda) Jawa Tengah.
Bahlil menjelaskan, tujuan awal pendirian KIT Batang adalah mengambil peluang relokasi pabrik dari investasi Amerika Serikat karena perang dagang antara negara tersebut dan Cina. Pada 30 Juni 2020, Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama pembangunan KI Batang.
"Tidak sampai 1 tahun 5 bulan, kawasan yang dulunya hutan, kebun tebu, dan kebun karet, sudah seperti ini," kata Bahlil.
Kawasan Industri Terpadu Batang secara umum dibagi menjadi tiga klaster, yakni Klaster 1 seluas ± 3.100 hektar, Klaster 2 seluas ± 800 hektar, dan Klaster 3 seluas ± 400 hektar. Secara total, lahan KI Batang akan mencapai 4.300 hektar pada 2024.
Secara rinci, Klaster 1 akan diperuntukkan bagi industri pengolahan, mebel, makanan dan minuman, pergudangan, garmen, otomotif, baterai tekstil, dan industri kimia. Adapun, Klaster 2 akan digunakan oleh industri makanan & minuman, Industri ICT & Elektronik, dan Pergudangan. Terakhir, Klaster 3 akan diisi oleh Penelitian & Pengembangan dan Komersial.
"Kami yakin bahwa 2023 akhir menjelang 2024, target kami minimal 50% dari 4.300 hektar di (KI) Batang akan terisi penuh," kata Bahlil.